Monday 8 April 2019

Catatan Seorang Perekrut - Adaptasi dan perpisahan. #11

Pada akhirnya, Citra memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak magangnya, mau bagaimana pun, itu pilihan. Berat mungkin, tapi harus menentukan. Dalam lamunan, gue teringat awal mula gue harus menentukan untuk masa depan sendiri, tepatnya sewaktu lulus SMA. Gue harus menentukan, memilih balikan sama mantan dengan segala kenangan yg sudah dijalani atau cari pacar baru dengan segala benefitnya kuliah di salah satu kampus yang memiliki basic pertanian di Bogor atau memilih psikologi yang memang sudah gue minati dari awal. Di kampus pertanian tersebut, gue sudah jelas diterima, orang tua gue meminta masuk dan memilih jurusan manajemen agribisnis di kampus itu, setelah gue sadari, kampus tersebut memang memiliki kebanggaan tersendiri untuk sebagian orang, tapi kebanggan gue justru terletak di psikologi, sampai akhirnya gue lebih memilih kuliah di Universitas Swasta (karena ga diterima di beberapa kampus negeri dengan jurusan psikologi, haha) yang penting jurusannya psikologi. Logika terbalik.

Balik lagi ke topik awal, Citra akhirnya pamitan. Citra menangis, gue menenangkan. Walaupun baru saling kenal tiga bulan, kami terbilang cukup akrab. Kepergian Eva dan Citra menjadi kehilangan yang cukup berarti, karena gue kehilangan sekaligus dua anak magang yang pintar. Ya, Eva lebih banyak somplaknya, sih, dibanding nunjukin kepintarannya. Gue ga betul-betul kehilangan Eva, karena dia masih berhubungan dengan tim rekrutmen di kantor. Bersamaan dengan itu, muncul kembali empat anak magang yang gue ceritakan di bagian sebelumnya, bisa dibaca pada tautan ini Rupa Kandidat kontrak mereka lima bulan. Gue ingatkan kembali sedikit, Jejen, Fajar, Siti, dan Ria. Awalnya gue liat mereka berempat ini laiknya remaja yang belum siap bekerja, candaan mereka ya anak sekolahan banget. Ada yang gampang marah, ada yang bisanya cuma cengin doang, ada yang tugasnya kompor (sengaja memanas-manasi situasi). Gue curiga mereka ini grup lawak.

Mereka berempat ini awalnya susah banget diajarin, ngeyel, grogi, dan penakut semua. Pada akhirnya gue paksa mereka untuk belajar merapikan CV, input data, menelfon kandidat, wawancara (bareng gue), dan psikotes sampai akhirnya mereka berani. Beberapa bulan akhirnya terlewati, posisi Eva dan Citra sudah digantikan dengan keributan mereka berempat.

Kejadian lucu selalu didapat entah kenapa. Dari Siti, tipikal yang amat sangat gerogian, ketika berhadapan dengan orang baru, omongan dia ga beraturan, penyampaian kacau. Sakingnya geroginya Siti ketika nelfon kandidat dan mendadak jadi gagap, dia pernah dapat respon, "Mba, yang bener dong kalau nelfon! Ini penipuan, ya?!" Setelah itu dia langsung tutup telfonnya dan ga mau nelfon lagi. Pernah ketika Siti membawakan administrasi psikotes berupa perhitungan dengan instruksi "pindah", karena Siti mengucap terlalu keras ada kandidat yang sampai kaget dan latah, "eh, ayam ayam" sembari mengangkat kedua tangannya, dan kandidat itu cowo. Terima kasih sudah membuat saya menahan tawa selama psikotes. Kelebihan Siti adalah dia cukup sigap ketika diminta bantuan.

Selama bareng Fajar, jelas sekali dia ini anak yang keras kepala. Seringkali Fajar membantah apa yang gue sampaikan, dengan nada suaranya yang tinggi -cempreng tepatnya- membuat dia seakan Chipmunk yang menyamar. Mau gimana pun, Fajar ini jadi penyelamat gue ketika ada kerjaan yang belum selesai di kantor, dia selalu nunggu karena gue selalu numpang motornya Fajar sewaktu pulang kerja ke arah stasiun Tanjung Barat. Thank you, Fajar! Kelebihan Fajar itu dia termasuk anak yang cepat belajar dan ada pada design grafis. Sama seperti gue, dia hobi merakit gunpla (gundam plastic).

Jejen yang terbilang cukup gemuk ini awalnya diem-diem aja, entah memang pemalu atau memang dia bingung gimana caranya pinjem uang ke teman yang baru dia kenal. Keliatannya dia berpikir keras soal itu. Makannya banyak banget anak ini. Orang tuanya memiliki pabrik penghasil kerupuk terbesar di kawasan Bekasi. Meski begitu, Jejen anak yang sederhana. Kekurangan terbesarnya dia hanya kentutnya yang amat sangat bau dan menggetarkan jiwa. Gue mengakui diri ini aneh karena suka menghirup kentut beberapa orang (eh, kalian harus tau, menghirup aroma kentut itu menurut penelitian justru sehat dan mengurangi resiko penyakit jantung dan mencegah kanker, loh! Ya kalau gue salah, mohon maaf), terkecuali kentutnya Jejen. Kelebihan Jejen, dia cepat belajar dan dia yang paling berani untuk belajar banyak hal sekaligus ketika magang.

Untuk Ria mohon maaf ini, gue ga deket sama anak ini, dia kebanyakan pacaran. Jadi, ga bisa banyak cerita. Hehe. 

Mereka berempat, dengan segala keunikannya akhirnya bisa beradaptasi, belajar. Sampai akhirnya, kami dipisahkan oleh kontrak. Ya, dengan kontrak mereka yang hanya lima bulan, kebersamaan kami cepat berlalu. Sesak juga rasanya ketika sudah mulai akrab justru kami harus berpisah. Dalam ucapan perpisahan Siti menangis, Fajar terlihat seperti menahan ludah menahan kesedihannya, Jejen keliatan ga ada beban. Entah kenapa juga dia santai banget. Ya, tapi mau gimana lagi, kantor itu tempat mencari sekaligus mendapatkan pengalaman, bukan tempat yang tepat untuk menimbun banyak kenangan. Paling tidak, gue sudah memberi bekal soal bagaimana baiknya berkomunikasi, cerita soal pengalaman di kantor, bekerja, dan lain sebagainya. Bukan cuma sekadar bantuin fotokopi berkas, ya. Entah kenapa gue kurang suka kalau ada anak magang yang cuma diminta tolong buat fotokopi tanpa diberi pembekalan yang lain, sih.

Beberapa dari mereka sebenarnya ditawarkan untuk kembali ikut program magang, tapi diantaranya menolak karena mereka ingin bekerja, bukan hanya sekadar magang. Jejen yang menyanggupi untuk kembali mengabdi dengan status magang. Cerita soal Jejen pun masih berlanjut.

Pada akhir cerita di tulisan ini, gue hanya ingin menyampaikan unek-unek, ada kandidat yang dijadwalkan untuk tanda - tangan kontrak, kalian semua tahu dia jawab apa ketika gue konfirmasi;

Gue: "Mba, dari semua proses, Mba dinyatakan lolos dan akan kami jadwalkan untuk tanda - tangan kotrak besok, ya. Ada yang mau ditanyakan?"

Kandidat: "Mas, boleh minta reschedule, ga? Soalnya besok saya ada jadwal nonton bareng temen."

No comments:

Post a Comment

Catatan Seorang Perekrut #17 Recruiter yang Insecure dengan Perjalanan Karirnya

Jumat, 14 Juli 2017. Hari yang nggak akan pernah saya lupakan dalam perjalanan karir yang, usianya masih seumur jagung ini. Hari di mana akh...