Monday 29 April 2019

Catatan Seorang Perekrut - Selingkuh di Tempat Kerja. #14

Halo, saat ini catatan seorang perekrut masuk ke bagian 14. Dukung terus, ya, dan terima kasih untuk para silent reader yang selalu membaca tulisan di blog ini tiap senin. Subscribe, ya! -jelas, ini salah platform-

Ada orang yang bilang, setia itu sulit. Seseorang bilang, setia itu mahal, itu kenapa sulit dilakukan oleh orang yang "murahan". Kalau menurut gue, setia itu setiap tikungan ada. Ga jelas banget candaan gue, kayak candaan bapak-bapak generasi baby boomers.

Satoshi Kanazawa, Psikolog London School of Economics and Political Science pernah mengungkapan soal hasil penelitiannya bahwa, "semakin cerdas pria, semakin dia menghargai nilai-nilai manogami dan eksklusivitas seksual dibanding pria yang kurang cerdas." Jadi, menurut gue pribadi, di zaman yang modern ini, setia itu pilihan, bagi pria khususnya. Pilihan untuk menjadi sosok yang cerdas atau sebaliknya.

Nazliah pernah bilang ke gue, "kalau kamu selingkuh, yang rugi kamu, lah. Berarti kamu ga worth it buat aku.". Ini yang bikin gue cinta sama Nazliah. Punya sikap, betul-betul punya nilai yang tinggi akan dirinya sendiri. Dia merasa diri dia berharga, jadi kalau pun gue selingkuh, ya kenapa dia harus repot? Tinggalin aja. Kurang lebih begitu.

Tentu, gue lebih memilih setia, bukan karena biar dibilang cerdas atau punya IQ tinggi gue menikah dengan Nazliah karena memang dia sosok yang gue cari. Kalau gue cari lagi yang lain, berarti gue udah mengingkari pernyataan gue sendiri.

Cerita ini bukan soal tentang gue dan Nazliah. Ini soal perselingkuhan yang memang nyata terjadi di tempat kerja. Yang kebetulan punya selingkuhan di kantor, kalau tersinggung dipersilahkan.

Dengan segala alasannya, gue ga ngerti alasan kenapa orang yang sudah menikah bisa berselingkuh, khususnya di tempat kerja. Walaupun berdasarkan penelitian yang ada, perselingkuhan memang rentan terjadi di perkantoran (gue lupa penelitiannya siapa, kayaknya kalau cek di google akan mucul sugestinya, deh). Pemikiran sederhana gue adalah, dia ga mikirin pasangannya gitu? Para pria khususnya. Mereka ga mikirin perasaaan istrinya yang udah mau repot-repot ngurus anak di rumah gitu? Yang standby jaga anaknya 24 jam 7 hari dalam seminggu. Alasannya apa?

Entah ini bisa dipercaya atau engga, seorang teman yang sudah menikah dekat sama perempuan lain karena istrinya kurang cantik. LAH?! Kalau memang menurutnya demikian, kenapa dulu bisa sampai menikah dan punya anak? Apa pun alasannya, di gue ga masuk logika kenapa bisa dia dekat dengan perempuan lain. Kurang cantik? Kasih biaya ke salon lah biar bisa dandan dan tampil cantik. Ga ada duit? Jangan banyak tingkah makanya.

Bahkan gue pernah liat dengan mata kepala gue sendiri, lelaki yang gue ketahui udah menikah ini suap-suapan di jam istirahat dengan perempuan yg bukan istrinya. Bukannya sweet, malah geli liatnya. Memang, suap-suapan ini ga bisa dijadiin bukti yang kuat seseorang selingkuh, tapi kenapa ya harus suap-suapan di jam istirahat dan di depan orang-orang?

Mengerti, tempat kerja rentan banget terjadi peselingkuhan, apalagi intensitas ketemu satu sama lain lebih sering terjadi. Belum lagi kalau memang satu divisi/bagian. Paling engga lima hari dalam seminggu dengan waktu yang relatif lebih lama dibanding waktu dengan pasangan. Cuma ya memang ga mikir gitu, pasangan di rumah udah mengasuh anak, bahkan sebelumnya mengandung lebih kurangnya 9 bulan dengan segala keresahannya, belum lagi mual, sakit badan, dan lain sebagainya.

Terus, ditinggal selingkuh gitu aja? Apalagi dengan alasan kurang cantik atau ga cantik lagi. Sok ganteng, memang.

Gue beberapa kali wawancara kandidat yang masih muda, seumuran gue, ada yang udah diamanati momongan, ada yang belum, mereka udah jadi single karena pasangan meninggal. Sedih dengernya, kalau disandingkan dengan pemandangan lelaki yang selingkuh di tempat kerja. Kontras.

"Udah ga ada duit, selingkuh pula. Ga tau diri." -quote dari Nazliah buat para lelaki yang selingkuh padahal ga ada duit- Bukan berarti membenarkan selingkuh untuk orang yang berduit, ya.

Sekarang, coba flashback. Gimana awal mula kalian ketemu dengan pacar atau pasangan hidup. Dari mulai ngelirik, memerhatikan, minta nomor handphone, kenalan, ngobrol sampe malem, ketika dapet chatnya seneng kebangetan kayak jobseeker yang akhirnya dapet peluang bekerja, kencan, pacaran, dan akhirnya duduk bersama di pelaminan.

Udah senyum-senyum sendiri inget kenangan itu?

You're welcome. My pleasure, pal.

2 comments:

Catatan Seorang Perekrut #17 Recruiter yang Insecure dengan Perjalanan Karirnya

Jumat, 14 Juli 2017. Hari yang nggak akan pernah saya lupakan dalam perjalanan karir yang, usianya masih seumur jagung ini. Hari di mana akh...