Monday 9 December 2013

Hi, Apa Kabar?

Senin pagi, 9 Desember 2013, pagi hari ketika gue kepikiran buat nge-blog lagi dengan judul, "Hi, Apa Kabar?", buat PA01-2009, khususnya. Sehari (8 Desember 2013) setelah Danu Pranata Sukma di-wisuda (maaf gue ga jadi dateng, Dans), iya, dia orang yang paling pertama lulus di PA01-2009, sedangkan yang udah sidang, sejauh ini yang gue tau, ada Annisa Ayu Widyasari dan Walid (Danu juga pastinya), jadi, sejauh ini, kelas kita udah meluluskan 3 orang, yang nantinya berjuang untuk masa depannya, jalan apapun yang mereka pilih, yang jelas, untuk hasil dan kehidupan yang lebih baik. Mandiri. Ada beberapa orang lagi yang nantinya akan sidang dalam waktu dekat, diantaranya ada Aji Purnomo, Alia Rizki, Yuliana Hutasoit, Tri Wulandari, Maizar Saputra dan Ria Widi lagi nyebar angket, sejauh ini, beberapa orang itu yang gue tau, yang tidak disebutkan, jangan marah, ya, karena gue belum tau kabar kalian saat ini gimana :) semoga skripsi kalian pengerjaan dan konsulnya dipermudah, ya, guys! :)

Perasaan gue ketika tau ada teman yang akan sidang, sidang, atau bahkan wisuda, jelas amat sangat senang, terharu, sedih, karena merasa kehilangan, ga disangka, siapa yang akan wisuda duluan. Diantara kalian, bahkan gue sendiri, mungkin mengalami dan sedang menghadapi kesulitan tersendiri soal skripsi, pesan gue, terus berdoa dengan spesifik maunya kalian gimana, yakin, berjuang. Gue masih berharap dapet jadwal konsul paling ngga dua minggu sekali, buat gue, waktu itu cukup ideal antara Dosen juga Mahasiswa yang punya kesibukan masing-masing, kalau ditanya, "kalau konsul seminggu sekali, lo mau, ga?", jelas mau lah! :) take a chance, make a change, dude! :)

Semua sahabat gue di PA01-2009, tanpa terkecuali, siapapun, kalian apa kabar? Gue kangen sama kalian. Gue yakin, yang kangen bukan cuma gue, mungkin ada yang gengsi, mungkin juga ada yang cuek dengan ga bilang kangen, dan nyembunyiin apa yang lagi elo rasain, mungkin kalian sedang disibukan akan suatu kegiatan, tapi, itu bukan alasan, kita bisa nego hari, bukan? Solusi dari kangen itu cuma ketemu, tatap muka, tahapan awalnya okelah, interaksi di dunia maya. Hehe. Ketika ketemu, pengen rasanya gue tanya, "skripsi kalian gimana?", di kelas kita udah ada beberapa orang yang "melangkah cukup jauh di skripsinya, bahkan udah ada yang di wisuda, jelas kita bisa minta motivasi eksternal dari mereka, kita bisa dapet masukan dari mereka yang udah lulus. Sharing.

Apapun kesibukan kalian, semoga selalu dipermudah, dan selalu dapet hasil yang selalu lebih baik. Persiapkan diri kalian untuk 5 tahun ke depan, karena kita akan RE-UNI di tahun itu, kemaren ada percakapan sepihak antara beberapa orang di grup whatsapp. Oh, iya, bukan berarti sebelum 5 tahun yang sudah ditentukan, kita ga boleh ketemu, ya. :)

Mantan wakil ketua kelas PA01-2009, Andrew.

Sunday 25 August 2013

Hidup = Jigsaw Puzzle

Gue yakin, diantara kita semua, siapapun yang baca tulisan gue ini, pasti punya keinginan. Beda orang, beda keinginan. Ada waktu keinginan itu muncul, meluap, tapi, saat ini, diwaktu yang lalu, lampau, kita masih belum bisa merealisasikan keinginan itu. Akhirnya kita pendam, kita simpan keinginan itu dalam jangka waktu yang belum ditentukan, tidak ditentukan, bahkan kita ga tau, sampe kapan kita bisa memendam keinginan itu, dan buat keinginan kita itu jadi nyata. Oh, ya, keinginan yang gue maksud di sini, cakupannya luas, bisa harapan, atau cita-cita.

Makin bertambahnya usia gue, gue makin ngerasa, hidup itu ibarat puzzle. Kita berdoa, kita ingin, kita berharap, dan kita yakin, suatu saat, pasti kita akan temuin jawaban dari keinginan kita. Keinginan yang kita pendam, karena sebelumnya kita pikir, keinginan itu kemungkinan kecil kita realisasikan. Ya, kita yang buat batasan itu sendiri, kita yang bikin tembok itu sendiri, di kepala kita, sehingga ada gap, ada penghalang buat merealisasikan keinginan kita. Kita harus bikin "gebrakan" buat diri kita sendiri, bukan bikin rusuh, tentunya, oke, sederhananya, kita harus coba ambil resiko.

Gue akan bercerita sedikit tentang kehidupan gue. Nanti pasti akan ketemu keterkaitannya sama judul tulisan ini. Dari dulu (dari SMA tepatnya), gue pengen banget punya pasangan, pacar, yang usianya lebih dewasa dibanding gue, entah apa alasannya, gue masih belum tau sampe sekarang. Waktu SMA, temen gue, Nizar dan Rendi, punya pacar yang lebih dewasa usianya dibanding mereka. Ya, mereka sempet pacaran sama kakak kelas. Nizar tau keinginan gue untuk punya pasangan, pacaran sama yang usianya lebih dewasa. Dia cengin gue, dia bilang, "lo yang pengen pacaran sama yang lebih tua, kok, malah jadi gue, sih, yang pacaran sama yang lebih tua?". Entahlah, gue sendiri masih bingung, kenapa begitu? Jawaban klisenya, "mungkin belum waktunya", jawaban yang lebih bisa dipertanggung jawabkan, "kurang usaha untuk dapetin atau menemukan hal itu". Gue lebih suka jawaban kedua. Lebih nyata. Dari SMA sampe awal kuliah, gue masih bersabar dan yakin untuk hal itu, dapetin pasangan yang lebih dewasa usianya dibanding gue, gue pendam keinginan itu selama beberapa tahun, sampe akhirnya gue semester 8 di masa kuliah, ya, semester akhir, tahun ke-4 gue kuliah, gue menemukan selama ini yang gue pendam, keinginan yang selama ini gue pendam, keinginan dan keyakinan yang masih ada, nempel sedikit di kepala gue. Gue ketemu Nazliah, dia senior gue di kampus, 1 jurusan sama gue. Setelah ketemu dia, macarin dia, gue ngerasa keinginan gue selama ini terjawab. Apa yang gue yakini, walaupun gue hampir nyerah dan melupakan, akhirnya dikabulkan. Ternyata, sekecil apapun keyakinan yang kita punya, tersisa, tetap dikabulkan, tetap didengar oleh-NYA. :)

Sewaktu gue masih SD, gue punya keinginan jadi pemain sepak bola, sampe akhirnya gue sendiri ga yakin akan keinginan itu, terus keinginan itu ilang gitu aja dari kepala gue, karena, sampe hampir kelas 6 SD, gue belum juga melakukan sesuatu untuk dapetin, mewujudkan keinginan gue itu. Paling ngga, gue ikut sekolah sepak bola gitu, biar gue bisa latihian dan segala macem yang diperlukan biar bisa jadi pemain sepak bola. Lah ini? Ngga. SMP, gue mulai punya keinginan untuk jadi musisi suatu saat nanti. Gue ikut ngeband bareng temen. Lagi-lagi, bisa dibilang gue kurang usaha untuk mewujudkan hal itu, walaupun ketika SMA, gue sempet kursus drum, itupun selama sekitar 1 tahun. Lagi-lagi, keinginan gue ilang gitu aja, ga nyisa sama sekali, akhirnya, keinginan, cita-cita gue jadi musisi, pupus. Lagi-lagi, pupus. Sepak bola, main drum, akhirnya gue jadiin hobi dikala gue penat, atau ketika gue ingin main, "menghibur" diri. Sampe akhirnya gue ubah haluann, gue pengen kuliah di jurusan Psikologi. Keinginan itu muncul ketika gue kelas 1 SMA. Waktu kelulusan tiba, gue sempet ikut test di IPB-Diploma lewat jalur penilaian raport. Gue diterima di jurusan Manajemen Agribisnis. Ketika itu, gue disuruh buat keputusan sesegera mungkin sama Bokap gue. Dia pengen gue kuliah di IPB. Entah demi gengsi, atau alasan yang belum gue tau pastinya. Gue ngotot pengen kuliah di jurusan Psikologi. Akhirnya gue udah menetapka untuk kuliah di jurusan Psikologi. Bokap gue awalnya kecewa. Tapi, ketika beliau tau berapa IPK gue, dia sedikit lega. Akhir-akhir ini dia sadar, Psikologi adalah salah satu hal yang gue suka, gue pun udah bilang secara langsung ke beliau, Psikologi itu jurusan yang gue pengen, yang gue suka, walaupun gue ga jago/keren di bidang itu, atau ga ada prestasi di bidang itu. Intinya, gue suka.

Satu lagi contoh sederhana dan nyata. Entah sejak kapan gue punya keinginan untuk berwirausaha. Yang jelas, keinginan gue cukup kuat untuk hal itu. Gue sering nanya ke Bokap juga Nyokap, "Pak, Ma, kalau udah pensiun (kerja), mau ngapain? Kita bisnis aja, yuk?". Nyokap gue sedikit punya keinginan hal yang sama kaya gue, walaupun gue rasa keinginan beliau belum kuat. Bokap? Dia udah ketakutan rugi duluan sebelum memulai usaha, dia ga mau ambil resiko. Sedikit kecewa, sih, tai, itu keputusan mereka, gue ga berhak marah untuk itu. Sampe akhirnya, beberapa hari yang lalu, ketika gue sama Nazliah lagi ngobrol-ngobrol di suatu layanan chatting, gue bilang dan nanya ke dia, "kalau aku pengen kita bisnis, kamu berani? Uang aku yang ada di kamu, kita pake buat modal". Nazliah langsung share sama Mamanya, dan beliau mau bantu. Lagi-lagi, satu keinginan gue terkabul, dan sedikit demi sedikit diwujudkan. Akhirnya gue sama Nazliah mulai bisnis kecil-kecilan di bidang makanan.

Setelah kalian baca tulisan gue di atas, apa kalian nemu korelasinya? :) Ada hubungan sama judul di tulisan ini, ya, hidup itu ibarat puzzle. Jigsaw puzzle. Oke, gue ringkas sedikit alurnya. Dari SMA gue pengen kuliah di jurusan Psikologi, akhirnya gue kuliah di jurusan Psikologi. Dulu gue pengen punya pasangan, pacar yang usianya lebih dewasa dibanding gue, akhirnya gue ketemu, dan macarin Nazliah. Di jurusan Psikologi, gue ketemu Nazliah, dan setelah ketemu Nazliah, akhirnya gue bisa mewujudkan, memulai keinginan gue untuk berbisnis. Ya puzzle. :) Yang nantinya akan gue susun dan gue gabung jadi 1. Akan gue temuin keinginan gue yang lain, dan akan gue wujudkan keinginan itu di kehidupan gue. Gue udah nemuin, diberi, dan dapet jawaban dari apa yang gue ingin, apa yang gue pendam. Gue ga berhak untuk sombong. Gue harus share tentang hal ini, agar kita semua tetep punya keyakinan tentang hal apa yang kita mau, demi diri kita sendiri, juga untuk buat perubahan, lagi-lagi untuk diri sendiri, juga orang sekitar. Realistis? Harus. :)

Gue jadi keinget satu lirik lagu dari Fear And Loathing In Las Vegas - Just Awake, yang ada hubungannya sama judul tulisan ini:

"Let’s start it over again Rebuild and combine all the pieces we have lost To become one Like a puzzle Take it one at a time"

Tuesday 20 August 2013

20 Juli 2013. 2 Kebahagiaan, 0 Kecewa. Liverpool FC, SUGBK.

8 Juli 2013, akhirnya gue dicukur botak lagi, selama hampir 4 tahun ga pernah botak. Yang melatar belakangi kenapa gue dicukur botak adalah, karena kegagalan abang pangkas rambut. Gue minta dipotong gimana, dia potongnya gimana. Kependekan. Gue kecewa, akhirnya gue memutuskan untuk cukur lagi, dan bikin kepala jadi bulet (baca: botak). Tapi, bukan itu yang akan gue bahas ditulisan ini. 19 Juli 2013, gue sama temen-temen di Lab Psikologi Gunadarma ngadain buka bersama ketika bulan puasa. Acara yang sering kita denger di bulan puasa, dan udah ga aneh lagi bagi semua orang, paling ngga, untuk kumpul bareng, temu kangen sama temen lama. 20 Juli adalah waktu Liverpool akan bermain lawan Indonesia XI, itu tandanya, 1 hari lagi, bahkan kurang dari 1 hari. Tanggal 19, gue dapet kejutan lebih awal dari Nazliah (akan dibahas di paragraf selanjutnya). Dari sekitar bulan April gue seneng, lebih tepatnya, bahagia sebelum waktunya, karena Liverpool FC akan datang ke Indonesia tanggal 20 Juli 2013. Bukan kabar hoax pastinya, dan gue yakin tentang itu, karena yang mengumumkan adalah pihak LFC resmi. Dari bulan april, gue udah bersiap untuk hal itu, sebenernya, sih, dari lama banget, berhubung kabar resmi kedatangan LFC ke Indonesia baru sekitar April, jadi, ya bersiap diwaktu itu. Ini mimpi yang jadi kenyataan. Pikir gue waktu itu. Gue ga mau menyia-nyiakan kesempatan ini, gue harus dateng ke SUGBK (Stadion Utama Gelora Bung Karno), bareng temen-temen Kopite (sebutan untuk suporter LFC di luar kota Liverpool) yang lain. Pasti seru nyanyi dan ngchants bareng di sana. Gue bersabar untuk momen itu, sambil ngumpulin uang, dan kasih info ke temen-temen yang lain yang juga menunggu kabar gembira ini, khususnya untuk temen gue yang juga fans Liverpool.

20 Juli adalah tanggal kelahiran gue. Dan di tanggal yang sama, Liverpool ada di SUGBK. Gue harus datang pastinya. Kapan lagi gue merayakan "harinya gue", dan diberi kejutan oleh LFC? Ini salah satu mimpi gue yang jadi nyata. Liat LFC main di depan mata gue sendiri, dan liat Steven Gerrard main secara langsung. Ya, gue nge-fans sama kapten Liverpool saat ini, yang bernama lengkap Steven George Gerrard. Ngebayanginnya aja udah bahagia, gimana nanti ketika liat langsung? Ah, udahlah, simpen dulu euforia-nya, ucap gue dalam hati ketika itu. Di tanggal 19 Juli, 1 hari sebelum gue merayakan "hari jadi", Nazliah udah kasih gue kado. Alasannya karena dia ga bisa ikut ke SUGBK tanggal 20 Juli-nya. Ini kado dari dia:
 
Pesen dari Nazliah, kado itu ga boleh dibuka sebelum tanggal 20 Juli. Oke, gue ikutin apa maunya dia. Selagi sahur (karena ketika itu lagi puasa), gue dapet ucapan dari orang tua gue. Yang ngingetin gue buat buka kado, justru nyokap. Gue hampir lupa, gue dapet kado dari Nazliah. Setelah gue buka kadonya, itu yang gue dapet. Ada ucapan, juga mug cantik bergambar Liverpool. :)

20 Juli. Gue makin ga sabar buat pergi ke SUGBK bareng Rendi, Diki, juga Dani. Oh, ya, sebelumnya gue mau berterima kasih sama Rendi juga Dani, karena mereka punya andil besar dalam mempermudah akses dapetin tiket, juga keberangatan. Dani bantuin kita buat dapetin kategori 5, Rendi bantuin kita buat dapet kemudahan berangkat menuju SUGBK, bareng temen-temen Big Reds regional Bogor. Diki sama gue cuma "penikmat" kemudahan itu. Hehe. Gue berangkat bareng Rendi sekitar jam 10, karena rumah kita berdekatan. Kita kumpul di Pool Bus Damri, yang bertempat di sebelah Botani Square. Seperti yang udah gue kira, pasti banyak yang ikut. Ada beberapa foto yang gue ambil sebelum kita semua berangkat menuju SUGBK jam 13.00.
 
 
Ada 3 bus yang disewa sama Big Reds Bogor untuk keberangkatan ke SUGBK. Gue ada di bus 3 bareng temen-temen yang lain. Kita sampai diwaktu ashar udah dekat dan hujan. Jadi, gue bareng yang memutuskan buat ke mushola terdekat untuk solat sekaligus berteduh. Hujan masih turun sampai sekitar jam 16.30, akhirnya kita memutuskan untuk lanjut jalan sambil hujan-hujanan. Antrian tiket pasti makin panjang kalau kita terus nunda.
 
 
 
Seru rasanya, jalan bareng Kopites yang lain, walaupun sambil hujan-hujanan. Keren, kaya penggalan lirik di lagu You'll Never Walk Alone;
When you walk through a storm
Hold your head up high
And don't be afraid of the dark

At the end of the storm
Is a golden sky
And the sweet silver song of the lark
 
Walk on through the wind
Walk on through the rain
Though your dreams be tossed and blown

Walk on walk on with hope in your heart
And you'll never walk alone
You'll never walk alone

Sekitar jam 17.00, kita mulai antri. Kita udah dapet tiket dari Dani, jadi, kita tinggal masuk ke dalam stadion, ga perlu antri buat beli tiket di sana, alias on the spot. Antriannya panjang, gue baru masuk sekitar 17.45, dan sebentar lagi waktunya buka puasa. Syukur, kita udah bawa bekel masing-masing. Tapi, minumnya belum. Untung ada abang asongan yang keliling di dalam stadion. Ya.. Walaupun harga air mineral kemasan botol jadi 7 ribu. Kan ngeselin. Biasanya cuma 3 ribu. Sorry, curhat sedikit. Biar gimana pun, kesenangan ada di dalem SUGBK bareng temen-temen yang lain lebih menyenangkan dibanding harga air mineral, ditambah, mau nonton Indonesia XI Vs. Liverpool FC! Wah! Sebelum isi lapangan penuh, jelas gue ambil beberapa foto suasana lapangan sebelum pertandingan dimulai. Sambil balesin mention yang masuk dari temen-temen gue yang ketika itu, ngucapin "selamat ulang tahun" ke gue di akun twitter gue. Gue aja hampir lupa waktu itu gue ulang tahun, karena lebih fokus sama LFC, dan terlalu bahagia sama kedatangan LFC. Hehe.
 
Karena kualitas foto di hape gue kurang mumpuni, akhirnya gue berenti foto-foto -____-

Sekitar jam 19.45, stadion mulai penuh, juga gaduh, karena teriakan suara penonton. Pemain dari kedua tim jug mulai masuk ke lapangan untuk pemanasan. Penonton mulai berteriak ketika nama-nama pemain dari kedua tim mulai disebut. #NoPyroNoParty, hastag itu yang di"gembor-gemborkan" di twitter dari sekitar bulan April, sampai sebelum pertandingan berlangsung. Se-isi stadion bukan cuma diramaikan sama penonton dan suara, tapi, juga dimeriahkan "pernak-pernik" yang dibawa sama suporter yang datang, salah satunya adalah mozaik JFT96 (Justice For The 96)
Ketika Steven Gerrard baru masuk lapangan buat pemanasan, dia langsung liat mozaik itu. Kenapa gue bisa se-sotoy itu? Karena pandangan gue tertuju ke Gerrard ketika dia baru masuk lapangan. Dia mungkin senang, tersanjung liat mozaik itu, mengingat Stevie adalah salah satu orang yang amat sangat peduli dengan JFT96. Yang menakjubkan dari penonton di dalam stadion adalah mereka ga berhenti nge-chants selama berada di dalam stadion. KEREN! Gue pun ikut mengeluarkan suara ketika YNWA dinyanyikan. Mimpi jadi nyata. Walaupun ga dinyanyiin di Anfield (stadion LFC) langsung, tetep berasa keren. Pertandingan berlangsung aman dan seru. Gue bahagia di "hari jadi" gue.
 
 
 
 
 
SUGBK mendadak jadi "lautan api" :D pemandangan keren, apalagi ketika lo liat secara langsung. Oh, ya, gambar itu diambil dari beberapa akun twitter Liverpool, Big Reds salah satunya. Maaf, ya, Usber, stok foto yang gue punya cuma segini, gue udah nunggu kiriman foto dari temen gue yang duduk di sebelah gue ketika di stadion sampe sebelum tanggal 20 Agustus, tapi, ga dikirimin juga. Jadi, gue pake foto yang ada aja buat tulisan di blog ini.

Pertandingan selesai sekitar 22.30, penonton di stadion belum juga berhenti nge-chants sampai semua pemain keluar dari lapangan, dan sampai stadion bener-bener sepi. Sebelum pulang, Usber janji mau ngucapin "selamat ulang tahun" ke gue secara langsung, karena kita nonton di sektor yang berbeda. Sayangnya, gue langsung ke bus bareng temen-temen yang lain, akhirnya, Usber ngucapin via wa.

Sekarang tanggal 20 Agustus 2013, tandanya, genap 1 bulan dari waktu LFC berkunjung ke Indonesia. Tapi, masih berasa seneng, bisa liat langsung mereka main di negeri sendiri, di salah satu stadion kebanggan milik Indonesia, SUGBK. 20 Juli, 2 kebahagian, 0 kekecewaan. 2 kebahagiaan itu, jelas bisa liat secara langsung LFC main, dan bisa punya "temen berbagi", Nazliah Gusmuharti.

Tuesday 6 August 2013

4, 14. Pelukan, Selamat Ulang Tanggal Lahir, Nazliah

Ketika orang yang lo sayang ulang tanggal lahir (orang lain biasa bilang ulang tahun, tapi, gue lebih suka bilang "selamat ulang tanggal lahir". Menurut gue, lebih masuk akal. Apapun itu, ya sudahlah), apa yang lo pikirin? Pasti otak lo berpikir lebih keras, secara ga sadar, diri lo menuntut otak lo untuk berpikir kreatif, paling ngga, berpikir, apa yang akan lo lakuin untuk orang yang lo sayang ini, ketika dia sedang merayakan tanggal lahirnya dia. Beberapa dari lo mungkin ada yang pusing sendiri, karena belum nemuin ide apapun, ketika Hari-H mulai atau makin deket. Ada yang minta bantuan ke temen bikin acara buat dia, atau ketika temen-temen kita kurang bisa diharapkan membantu (dalam arti mereka lagi sibuk, atau memang ga mau bantu), mau ga mau kita harus kerjain semua-muanya sendiri. Oke, pilihan terakhir butuh "keuletan", ga perlu buru-buru, tenang, dan santai aja. Pikirin apa yang bisa kita kasih, apa yang bisa kita lakuin buat hari lahir orang yang kita sayang. Kita persempit maksud dari "orang yang kita sayang", jadi, Nazliah Gusmuharti. Ya, gue ngetik artikel ini di tanggal 4 Agustus 2013, tanggal lahir dia 14 Agustus. Mepet? Jelas. Udah dipikirin dari lama? Tentu. Sayang, semesta kurang mendukung rencana A yang udah gue buat. Semesta kurang mendukung rencana A, bukan berarti tidak mendukung. Gue punya rencana B. Kali ini, semesta harus mendukung. Kalau kurang mendukung (lagi), gue akan buat rencana C, dan seterusnya. Gue bukannya muluk, cuma mau berbagi pengalaman aja, curhat, sekaligus sharing di media ini. :)

Yang baca artikel ini mungkin bingung, "katanya tanggal lahirnya Nazliah itu 14 Agustus, kok, bikin tulisannya di tanggal 4?" Jawabannya adalah, karena di bulan Agustus 2013 ini, kita merayakan Hari Raya Lebaran (sekitar 8 atau 9 Agustus, tergantung Sidang Isbat dari pemerintah), Lebaran ini gue mudik ke Wonogiri, Jawa Tengah. Di tanggal 14 Agustus, mungkin gue sedang dalam perjalanan atau di sana susah signal, jadi, gue putuskan untuk bikin tulisan di tanggal 4. "Kenapa tanggal 4?" di tanggal ini ada satu moment yang menyangkut gue sama Nazliah (yang baca tulisan sebelum ini pasti tau, ada apa dengan tanggal atau angka 4, buat gue dan Nazliah). Oke, gue tulis lagi di sini. 4 punya makna tersendiri buat gue sama Nazliah. 4 Mei, pertama kalinya Nazliah peluk gue, dan spontan dia langsung bilang, dia ngerasa nyaman. Itu salah satu moment yang "manis" buat kita (untuk moment ini, mungkin sebagian orang anggap ini hal biasa, makanya, buat moment kalian sendiri, ya! Dan ini bersifat subjektif). :) Sebelumnya gue sedikit bingung mau nulis kapan, beruntunglah, ada beberapa tanggal yang penting diantara gue sama Nazliah. Hehe

Perencanaa atau penentuan tanggal udah cukup. Sekarang masuk ke pemilihan kado. Awalnya gue bingung, mau kasih kado apa buat Nazliah. Gue sampe sharing ke nyokap gue, kado apa yang kira-kira cocok buat Nazliah. Akhirnya, berkat bantuan nyokap, gue tau apa yang harus gue kadoin ketika dia merayakan "hari lahir"-nya dia. Waktu itu, gue beli kadonya ditemenin nyokap, tanpa sepengetahuan Nazliah. Waktu itu gue lagi keluar memang, dan dia tau, gue lagi di luar, sama nyokap. Tanpa kasih tau dia, kalau gue udah beli kado buat dia tentunya. Hehe. Gue udah beli kado ini dari Juli. Kenapa? Alasannya klasik. Gue takut uang buat beli kadonya kepake. Hihi -__-

Sempet bete, karena ketika gue berpikir, juga berharap, temen-temen bisa bantu, gue liat dari ekspresinya mereka, mereka kurang antusias. Gue ga mau maksa mereka, karena, kalau ngerjain sesuatu dengan paksaan, feel-nya kurang dapet. gue ga mau itu terjadi. Bukan berarti gue belum coba buat minta bantuan. Gue udah minta bantuan, kok. Sebisa gue, dan tanpa memaksa tentunya. Gue coba bilang apa perlunya gue, minta bantuan untuk apa, dan semacemnya. Kendala lain, Juli udah masuk masa libur sekolah, juga kuliah. Sulit untuk nemuin mereka satu-per-satu secara langsung. Makanya di awal gue bilang, rencana A kurang didukung, kemudian timbul dari pemikiran gue tentang rencana B. Kurang "menantang", memang. Gue akui. Tapi, sejauh ini, itu yang bisa gue lakuin.

Tentang rencana A dan rencana B, gue belum kasih tau, apa itu, kan? Karena tulisan ini rencananya akan gue posting di tanggal 14 Agustus (sebelumnya cuma di-save di drafts, mungkin ga apa-apa kalau gue kasih tau rencana A gimana, rencana B gimana. Rencana A, gue minta bantuan ke temen-temen gue (temen rumah, juga kampus), buat bikin tulisan "Happy Birthday, Nazliah". Tulisan itu mereka pegang, dan mereka foto diri mereka, kemudian dikirim ke gue, via apapun itu. Sederhana banget. Tadinya mau bikin video yang digabung sama foto. Sayang, gue kurang meluangkan waktu untuk itu. Mau gimanapun, itu tetep bagian dari rencana gue, dan gue tetep kasih penghargaan buat diri gue sendiri. Rencana A kurang berhasil, karena faktor yang udah gue sebutin di atas. Sampe sejauh ini, baru satu orang temen gue yang kirim foto itu bareng pacarnya, dia temen rumah gue, namanya Andhika Saputra, pacarnya, Fitria Ellendika. Tujuan gue buat rencana A juga sederhana, buat mengenalkan Nazliah ke temen-temen gue, begitu juga sebaliknya. Gue pengen Nazliah kenal sama temen-temen gue. Ini dia foto si Mocil (sapaan Andhika Saputra, juga pacarnya):
Begitulah rencana A. Dan itu ga jadi dipake. Padahal, cuma ngumpulin sebanyak-banyaknya, paling ngga, 14 orang atau pasang, lah.. Kecewa? Ngga. Harus buat rencana lain, walaupun lebih sederhana. Kalau di tanggal 14 gue ga lagi mudik, tentu gue lebih milih ketemu langsung atau buat rencana lain. :)

Rencana B? Masih gue usahakan. Nantinya si Nazliah akan tau. Hehe. Intinya, sih, gue ga mau kalian yang baca tulisan ini bingung, apalagi nyerah, kasih sesuatu yang spesial walaupun sederhana, buat orang yang kalian sayang. Pasti ada banyak cara, banyak hal yang bisa dilakuin. Sesuatu yang didapet dari orang yang kita sayang, pasti selalu punya kesan tersendiri. Ga perlu takut kalau kita kurang dapet dukungan dari temen-temen kita. Lakuin apa yang kita bisa.

Oiya, kalau bingung, manfaatkan lingkungan sekitar, dalam arti, cerita aja ke orang terdekat. Entah itu orang tua, atau temen. Nanti juga dapet solusinya. Gue ngelakuin hal ini, gue minta bantuan ke nyokap. Cerita ke beliau, dan akhirnya dapet saran.

Tulisan ini memang dibuat 2 hari, tanggal 4 dan tanggal 6 Agustus, tapi, akan diposting di tanggal 14 Agustus. Semoga ada sinyal ketika gue mudik. Hehe.

Selamat Ulang Tanggal Lahir, Nazliah Gusmuharti. Semoga selalu lebih baik dalam hal apapun. Selalu dipermudah dalam segala hal. Lancar rezekinya. Dalam situasi apapun, diberi kesabaran lebih, selalu diberi solusi di setiap situasi. Harus setia sama aku :p Wisuda di tahun 2013 (harus). Segera jadi kaya bareng aku, biar kita hobi ber-derma. Dalam keadaan sesulit apapun, semoga selalu diberi keceriaan, atau aku bisa kasih kamu keceriaan, berbagi keceriaan. Yang harus diinget, dalam situasi apapun, ada orang yang sayang dan peduli sama kamu. :)

I Love You, Nazliah. I do.

KARMA(?)

kenapa ya banyak orang yang berpikir,
karma itu ada buat orang yang bersikap kurang baik?
kenapa disaat tersakiti, banyak orang juga yang bilang,
”awas aja, gua sumpahin lu dapet karma!”
apa yang bilang sumpah itu ga nyadar ya,
kalau tindakan dia juga kurang baik?
kalau memang dia percaya karma itu ada,
kenapa dia bilang sumpah ke orang lain?
padahal sewaktu-waktu bisa aja dia dsumpahin lagi.
entah sama orang yang dia sumpahin,
atau pun sama oranglain..
sesuatu yang aneh dan ganjil bukan?
kenapa kita ga berpikir positif aja?
kenapa kita mesti sumpahin orang,
kalau sewaktu-waktu kita juga bisa disumpahin oranglain?
ayolahh.. masih mau hal yang seperti itu terjadi?
emang masih zaman yang kaya gitu?
sekarang gini deh,
kalau ada orang yang jahat sama kita,
ya biarin aja, bukan berarti kita cuma diam,
dan bukan berarti juga kita jadi SUMPAH SERAPAH!
Allah udah punya rencana sendiri,
kita tinggal jalanin aja sambil usaha, berdoa..
bukannya nyumpahin orang.
daripada nyumpahin oranglain biar dapat karma,
kenapa kita ga berdoa buat diri kita?
itu jauh lebih baik kan?
daripada mikirin karma, larut dalam sakit hati,
dan fokus sama balas dendam.

Sunday 28 July 2013

Skripsi, Tugas Akhir, Atau Tugas Menunggu?

Gue ga akan basa-basi soal judul di atas. Temen-temen di semester akhir semasa kuliah, pasti ngerjain itu, sesuatu yang dibilang sebagian orang nyebelin. Bahkan Kakak Bokap gue sampe bilang, "skripsi itu aneh, walaupun IPK udah mencukupi, kita udah lulus, tetep aja kita ga akan di wisuda kalau skripsi belum selesai". Gue anggap itu sebagai candaan. Ga perlu diseriusin. Kalaupun iya diseriusin, kita mau ngomel apaan? Omelan kita bakalan ngerubah atau meghapus format skripsi? Untuk sekarang, ga akan. Untuk kedepannya? Gue belum tau, karena fungsi skripsi yang gue tau, dan menurut gue, biar mahasiswa paling ngga bisa "menulis". Bukan sekedar menulis tentunya.

Entah apa yang bikin skripsi jadi hal yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa. Padahal kalau dipikir, itu ya semacem tugas, "tugas akhir" bagi mahasiswa, bentuknya menurut gue sih ga jauh beda sama makalah, cuma ya dibuat ilmiah, dan kita harus terjun langsung ke lapangan buat menyelesaikan. Ya, penelitian. Dimana mahasiswa (biasanya) dibimbing oleh 1 atau2 dosen dalam pengerjaannya. Terus, apa yang bikin mahasiswa terkesan males dan rentan sendu perasaannya ketika ngerjain skripsi? Tentu ada beberapa alasan. Akan coba gue jabarkan satu-per-satu, sesuai sama apa yang gue rasain sejauh ini, dan keluhan dari temen-temen gue yang se-angkatan, yang tentunya lagi ngerjain skripsi.

1) Jadwal bimbingan yang (kadang) ngga tentu
Untuk urusan ini, jelas gue ngerasain sendiri, karena dosen pembimbing gue adalah salah satu dosen yang memiliki cukup banyak kesibukan. Kita ga bisa maksa untuk hal itu, cuma bisa nunggu kepastian kapan konsul. Untuk hal ini, saran gue, ketika DP (dosen pembibing) konfirmasi jadwal konsul, kita ga boleh menyia-nyiakan hal itu. Sebisa mungkin konsul. Bosen memang, kalau kita ga dapet kepastian, tapi, kita bisa apa? Ganti DP? Ribet. Terima aja. Bukan berarti pasrah. Kita harus ngatur ulang strategi kita.

2) Dosen pembimbing yang sibuk
Hal ini berkaitan sama poin di atas. Ga beda jauh. Intinya, kalau DP sibuk, jadwal konsul juga seringkali ngaret. Bukan berarti jadwal konsul jadi ga pasti. Ada beberapa dosen yang ngasih jadwal pasti untuk konsul, disela kesibukan mereka. Misal, 2 minggu sekali, 1 bulan sekali, dan seterusnya. Bersyukurlah yang dikasih jadwal pasti. Paling ngga, kalian tau kapan harus merevisi berkas kalian, dan kalian bisa bikin jadwal revisi, ngatur waktu.

Secara garis besar sih itu. Hal lainnya, bisa jadi males yang ada di diri mahasiswa. 2 poin yang udah gue sebutin, bukan maksud mau menyalahkan dosen. Gue percaya, tiap orang punya kesibukan, bukan berarti lepas tanggung jawab, dari apa yang udah ditugaskan. Gue bukan mau menegur dosen, ataupun orang lain, teguran itu jelas gue tujukan pertama buat gue. Juga bukan buat menasehati, apalagi menggurui. Untuk 2 poin yang udah gue sebutin di atas, akhirnya kepikiran, "Skripsi itu tugas akhir, atau tugas menunggu (dosen)?" Gausah terlalu diseriusin, gue bikin tulisan ini ketika gue susah tidur, makanya isinya pun seadanya. Sama seperti tulisan sebelumnya, tulisan ini kurang penting.

Thursday 25 July 2013

Merindukan, Dirindukan

Ngga adil ketika kita perlahan mulai pisah sama teman-teman seperjuangan ketika belajar bareng (dalam arti, lulus), rindu kita terhadap mereka justru memudar, ketika kita menemukan seseorang atau teman seperjuangan yang baru. Dan akhirnya kita malah melupakan mereka (teman seperjuangan yang sudah lebih dulu hadir di keseharian kita). Gue ngga mau kaya gitu, kita ga boleh ngelakuin hal itu, semoga semesta mendukung pernyataan gue itu. Terlebih, kalau kenyamanan udah tertanam dalam diri.

Kamis, 18 Juli 2013, hari dimana gue sama temen-temen sekelas (PA01-2009), merasakan UAS terakhir di masanya kita kuliah bareng, di semester 8, dengan komposisi (bisa dibilang) utuh. Dalam arti, 1 keluarga 4PA01. Gue akan cerita tentang ruangan UAS yang gue tempatin (karena dalam 1 kelas, kita dibagi jadi 2 ruangan, berdasarkan absen), ketika itu, kita lagi UAS mata kuliah Komputasi SPSS. Sebelum masuk ruangan, ada perasaan campur aduk, perasaan yang sama ketika pertama kali UAS waktu baru masuk kuliah, deg-degan. Bedanya, pertama UAS, gue deg-degan karena seneng ngejalanin UAS pertama di masa kuliah, kedua, gue deg-degan karena ini adalah UAS bareng 4PA01 di semester akhir, semester 8. Semalem sebelum UAS-pun, gue ga konsen belajar, gue udah ga peduli nilai, fokus gue adalah temen-temen satu kelas. Gue menikmati waktu bareng mereka, bukan berapa nilai yang akan gue dapet nantinya. Gue ga tau apa temen-temen gue yang lain berpikir tentang hal yang sama. Kalaupun beda, gue ga peduli, gue ga berharap perasaan gue terbalas. Gue cuma mau ngelakuin apa yang mau gue lakuin ketika itu, merasa apa yang gue rasa. Merindukan, walaupun ngga dirindukan.

Kita masuk ke ruangan jam 13.00. Ketika masuk ruangan, seperti biasa, temen-temen yang lain terlihat serius. Lain halnya dengan gue, yang seringkali buat celotehan ga penting sebelum mengisi identitas di Lembar Jawaban Komputer (LJK). Celotehan apapun itu. Diwaktu itu, gue sengaja pilih tempat duduk paling belakang. Alasannya? Bukan untuk mencontek pastinya. Gue cuma mau ngeliat temen-temen gue dari belakang, dan biar gue bisa ngeliat mereka secara keseluruhan dalam 1 ruangan. Gue ga fokus sama pertanyaan di lembar soal. "Peduli apa gue? Kerjain aja, ga usah terlalu serius", pikir gue ketika itu.



Udah cukup bersedih-sedih sama tulisan yang gue buat di atas. Sekarang, ayo kita liat tampang temen-temen 4PA01 (termasuk gue), di foto yang udah gue lampirkan di atas. :))
Dimulai dari pojok kiri atas ke kanan, ya.
1) Mutia Farida, cewe keturunan Aceh. Yang seringkali diutangin ketika jualan pulsa. 
2) Lailatul Faizah, salah satu perempuan di kelas yang sudah menikah, kelakuannya absurd.
3) Yessica Hera, temen sekelas sekaligus tetangga. Sesekali galauin mantannya.
4) Ria Widi, biasa dipanggil tante, walaupun dia ga pernah sama sekali berhubungan sama Om gue.
5) Rizky Septiani, entahlah.. Dia punya obsesi terpendam mirip Adelle, kayanya,
6) Herlida Wongso, gadis cantik, pendengar cerita baik. Kalem, mungkin lagi nahan mencret.
7) Imron Mufklihin, entahlah, gak jelas. Tapi, gue ga percaya, di foto dia bisa sekurus itu.
8) Yurika, cewe macho. Cowo-cowo di kelas kalah macho sama dia. Dia cewe cool.
9) Pungkas Anugrah, cewe berkerudung, sukanya nyengir, tinggal di Tangerang, temen nyombongnya Usber.
10) Annisa Ayu, pendiem, menurut Usber, kemungkinan besar dia adalah Sun Go Kong.
11) Walid Khairimas, pemilik tendangan gledek ketika main futsal. Gue pernah kalah sprint sama dia.
12) Fairuz, salah satu temen yang udah jadi Ibu di kelas, dan suka ngomongin soal ASI sama Ibu-Ibu lainnya.
13) Feiliane Hoariska, pejalan kaki tercepat di kelas.
14) Lia Kalista, temen ngobrolnya Fairuz yang berkenaan sama ASI.
15) Faniardhini, katanya, sih, JOROK (Jomblo dari Orok). Ketika semester 8, dia telat jatuh cinta).
16) Dewi, lucu, imut, mungil. Eh, bulan puasa ga boleh bohong, ya?
17) Kartika, pendiem, sekaligus ceria. Temen mainnya Echa, Nadia, Pungkas, Stefany.
18) Putri Uswatul, tampangnya jutek, sama kaya gue. Kalau Mutia lagi ga ada saldo pulsa, kita bisa hubungin orang ini.
19) Julita Widya, partner Lia, Fairuz, ketika ngomongin soal ASI. Ya, begitu..
20) Alia Rizki Fauziah, BOTIL julukannya, a.k.a Bocah Centil.
21) Ade Irma, pemilik IPK 4,00 ketika semester 1. Fantastis.
22) Danu Pranata, percaya atau ngga, di motornya dia semacem ada silsilah keluarga, banyak banget nama-nama orang tertentu di situ.
23) Aji Purnomo, sahabat gue dari semester 1, kita punya chemistry yang cukup kuat, tapi, stop. Kalau diterusin, malah jadi kaya homoan.
24) Yuliana Hutasoit, gadis keturunan Batak yang cinta dan bangga akan budaya Batak.
25) Pangestika Dhea, Tinggi banget ni orang. Cantik, kaya, dan sombong, sekaligus baik.
26) Triwulandari, ih, dulu dia alay, deh. Dulu sering galau, sekarang? Bahagia sama pacarnya. Eh, bener ga, ya?
27) Seto Wicaksono, salah satu cita-citanya mau jadi wirausahawan, pemimpin yang baik bagi karyawannya.
28) Vini Nabila, dia mah gitu, katanya ga mau pacaran, tapi, kalau ada cowo ganteng yang deketin, jalanin aja dulu.
29) Daniel, sosok dewasa yang ada di kelas. Pemerhati.
30) Andita Guska, tinggi, cantik, berdomisili di Slipi.
31) Tuti Setiyawati, temen ledekannya Usber, mereka keliatan romantis kalau udah ledek-ledekan.
32) Resya BDW, entahlah, nama kontak BBM-nya begitu, masa depannya Imron.
33) Maizar Saputra, temen ngancut di kosan, temen gue yang gangguin Usber, sewaktu Usber tidur.
34) Usber Fransiscus Manurung, temen 1 kosan yang hobi mengigau, korban gue, ketika gue ingin mencoret sesuatu.
35) Rizki Rahmasari, rumahnya di Cimanggis, cyin.

Itu wajah-wajah temen gue (termasuk gue), di PA01-2009. Udah liat wajah-wajahnya, kan? Terus, gimana menurut kalian? Tentang kalian yang gue ketik di atas, no offense, ya :) Ada beberapa quotes buat kita semua,

"We make our own luck, we shape our future (destiny)" 
-Steven George Gerrard-

"Coming together is success, keeping together is a progress, working together is a success"
-Bill Shankly-
(kalau ga salah, maaf kalau salah)
"Believe in your self, not you who believes in me, not me, who believes in you, believe in you, who believes in yourself"
-Kamina-

Sunday 7 July 2013

28, 4, 7

Angka yang ada di judul tulisan gue, punya makna. Bukan cuma buat gue, juga buat seseorang. Nazliah Gusmuharti. Angka memang cuma sekedar simbol, buat sebagian orang. Tapi, ngga buat sebagian yang lainnya, Nazliah salah satunya. Buat dia, angka itu bukan cuma sekedar simbol, tapi, juga sebagai "penghubung". Entahlah. Nazliah bukan tipe orang yang rela gitu aja mengabaikan tanggal yang punya makna buat dia. Kaya tanggal yang gue ketik di judul. 28, 4, 7. 28 adalah tanggal dimana gue sama Nazliah pertama kali ketemu. Kita dipertemukan, dan gue amat sangat meyakini, itu bukan suatu kebetulan. 4, angka bermakna yang lainnya, karena di tanggal itu, pertama kali Nazliah peluk gue secara langsung, dan dia bilang, ketika pelukan sama gue, dia ngerasa nyaman. 7, angka/tanggal kita jadian.

Sejauh ini hubungan kita secara keseluruhan baik, Kita bisa handle beberapa masalah. Gue suka ketika kita berdua diskusi soal penyelesaian masalah yang baik, yang bikin kita sama-sama nyaman. Kita sama-sama belajar mendewasakan diri secara perlahan, bukannya sok dewasa. Gue punya motto hidup, "gue harus lebih baik dari hari ke hari". Motto itu gue "suntik" ke Nazliah, biar ada label yang bagus buat hubungan kita, karena kita cukup yakin, kita akan lebih baik ke depannya. Takabur? Bukan itu yang ingin gue sampaikan di tulisan ini. Layaknya manusia pada umumnya, kita berharap. Berharap yang lebih baik dari hari ke hari, buat kita, buat pribadi masing-masing. Bukan cuma sekedar berharap, tapi, juga yakin.


Foto diatas dibuat sama Nazliah, dikirim ke gue di tanggal 7 (dini hari tadi), tepatnya jam 00.15 WIB, gue inget, karena kita ngobrol semaleman.

Foto diatas (yang kita pake jersey Liverpool--duduk berdua), sempet diupload di facebook sama Nazliah, temen gue bilang, "fotonya bagus, kaya foto pra-wed.." Kita sama-sama seneng, dan (harus selalu) yakin sama hal yang baik buat kita. Selamat tanggal 7, Nazliah. "I Love U(s)".

PA01-2009, 3

Judul di tulisan ini udah cukup ambigu, belum? Engga, sih. Biasa aja, kan? PA01-2009, jelas itu ada hubungannya sama kelas gue selama kuliah di tingkat 2-4 (semester 3-8). Tapi, angka 3? Disini gue bakalan jabarin secara perlahan. Kita udah sama-sama dewasa, kan? Jadi, obrolannya akan gue bikin sedikit berat. Angka 3 itu berkaitan sama kelas gue di tingkat 1 (semester 1 dan 2), juga berkaitan sama lama waktu gue deketin Annisa Ayu Widyasari. Annisa siapa? Yang mana? Dia itu salah satu temen sekelas gue, dari tingkat 1-4 (semester 1-8). Dia cantik, gue tertarik. Dulu. Gue ulangi sekali lagi, dulu. Dan gue sempet berusaha deketin dia selama kurang lebih 3 tahun. Bisa kurang, tapi, ga lebih. Saksi perjalanan perjuangan gue adalah Aji (temen curhat gue, yang gue bilang, kita lebih mirip kaya homo, atau "biji", karena berdua terus. Mungkin ini yang dinamakan cinta yang dipendam antara 2 pejantan). Jadi, kalian udah tau, kan? Makna dari angka 3 yang ada di judul? Udah ga penasaran, kan? Penjelasan dari gue udah cukup berat, kan? Jelas, kita kan udah dewasa. Eit.. Tapi, sebentar. Ketika gue posting tulisan ini, semoga pacar gue ga marah, karena gue ga maksud buat bikin cemburu atau apapun itu. Ini buat keperluan "memori kelas" aja. Jangan marah, ya, Nazliah yang ntiq, mut, n mnawan.

Pertama kali gue liat si Icha (sapaan akrab Annisa Ayu Widyasari), waktu gue pertama kali masuk kuliah, semester 1, hari jumat, jam 13.30, mata kuliah pertama waktu itu Kewarganegaraan. Gue ngerasa asing banget di kelas 1PA03 ketika itu. Selain masih (mahasiswa) baru, gue belum punya kenalan/temen sama sekali, berasa aneh sendiri gue, ketika liat yang lain bergerombol, kumpul satu sama lain, sedangkan gue masih aja sendiri. Akhirnya dosen masuk. Gue liat seisi kelas. Liatin cewe-cewenya maksudnya. Setelah bermenit-menit mata gue centil, akhirnya pandangan gue "jatuh" ke si Icha. Pertama kali kesan yang muncul tentang si Icha ini, dia cantik, manis, gaul, keren. Berbanding terbalik sama gue. Waktu itu gue pikir, "siapa peduli? Siapa gue? Siapa elo? Siapa satpam Gundar? Siapa presiden Cina?" Ya.. Jalanin aja dulu. Tanpa rencana yang pasti. Sebagai pria yang gentle, akhirnya gue putuskan untuk memendam rasa, ga perlu ada orang yang tau, selain Aji (temen curhat gue pastinya). Dan akhirnya temen satu kelas tau.

Rasa itu gue pendam sampe semester 2, setelah itu, gue berniat melupakan Icha. Biar kaya di film-film gitu, kan keren. Sebenernya bukannya mau melupakan, sih, lebih ke gak kesampean aja gitu. Iyelah, mendem terus. Mau deketin juga ragu, gue gerogi duluan kalau deket dia. Sekalinya berani bersuara, ya malah pantat gue. Pantat gue ga asik, dia ga bisa diajak kerja sama. Waktu itu gue sempet musuhan sama pantat gue selama 1 menit, abis itu kita baikan lagi. Setelah semester 2 selesai, ada acak kelas, dimana mahasiswa akan masuk ke kelas yang baru, sesuai dengan IPK yang didapet. Gue berharap ga sekelas sama Icha, sebagai lelaki yang tangguh, gue cuma ga mau ketauan ngarep aja. Akhirnya gue sama Icha sekelas. Lagi-lagi, gue backstreet dalam menyukai dia. Gue tanpa pergerakan. Di semester 3, gue memberanikan diri buat "nembak" dia. Menyatakan perasaan gue gitu. Sebagai lelaki yang punya hoki cukup tinggi, akhirnya gue ditolak. Gue cuma bisa diem ketika itu. mau sok-sokan pingsan, tapi, takut ga ada yang angkut juga.. Yaudahlah.

Akhirnya gue jalanin semester 3-6 dengan memendam rasa sama Icha, sebagai cowo yang gentle, gue cuma bisa diem, yag lain ga usah tau tentang permsalahan gue ini. Maksudnya, ga usah tau dari gue langsung, dari yang lain aja, sambil cari tau gitu. KEPO. Ketika itu, gue berjuang biar ga minum autan, baygon, dan pasta ketika itu. Untuk pasta, karena emang mahal aja, sih, uang jajan gue ga cukup beli begituan. Selepas semester 6, gue memutuskan untuk ga ngejar Icha lagi. Gue nyerah. Aku tak sanggup dan tak bisa bangkit lagi. Stop. Kalau dilanjut, gue geli sendiri. Pada akhirnya, gue mulai biasa aja sama Icha, kita temenan, dan tetep ga pacaran.

Sekian cerita singkat dari gue, buat temen-temen PA01 yang mau tau aja. Buat yang belum jelas tentang permasalahan ini, hubungin gue via twitter: @setowicaksono. Itu.

Friday 5 July 2013

PA01 (2009), Beragam Canda, Tertawa Bersama

Ketika gue mulai ngetik tulisan ini, gue lagi di kosan, sendirian. Usber lagi ga ke kosan malem ini, karena keponakannya dia yang ga bisa nahan kangen sama Tulang-nya. Usber sayang banget sama keponakannya itu. Waktu di hape gue menunjukkan pukul 10.32 pm. Gue belum tidur, karena belum ngantuk. Sebelumnya, gue emang udah janji sama Usber, buat bikin tulisan ini, pelengkap memori buat 4PA01 (yang di tulisan sebelumnya udah gue jelasin, PA adalah kode untuk jurusan Psikologi di kampus gue). Maaf kalau tulisan ini sedikit membingungkan buat pembaca yang belum kenal gue, karena tulisan ini sengaja dibuat khusus buat temen-temen di PA01/2009, atau temen-temen seangkatan non-01 :)
Hampir 3 taun gue ada di kelas PA01, dan akhirnya sebentar lagi kita ga belajar di 1 kelas yang sama lagi, karena kita udah semester akhir, yang artinya, kita udah disibukkan sama pengerjaan skripsi, kegiatan belajar di kelas pun selesai, rampung, beres. Sedih? Pasti. Gue pasti akan rindu sama suasana belajar di kelas yang selalu rame, ngocol, gaduh, tapi, kita tetep mengerti apa yang disampaikan sama dosen. Sebenernya ga ngerti-ngerti amat, tapi, paling ngga, kita tanda tangan di daftar kehadiran aja.

Gue yakin, motivasi kita tiap dateng ke kelas itu berbeda antara yang satu sama lain. Gue? Sebagai mahasiswa 01, jelas, tujuan dateng ke kelas ya buat ketemu temen-temen, isengin temen, ngobrol, becanda di kelas ketika belajar. Lain halnya sama Usber. Dia duduk di depan, dan ketika belajar, dia serius. Serius cengin temen yang duduk di belakang dia. Lanjut ke Aji, sahabat gue dari tingkat 1. Kita 1 visi ketika belajar. Duduk di tengah, sebelahan, akhirnya ya ngobrol atau gue curhat sama dia. Kita emang lebih mirip homo, karena kemana-mana seringkali berdua. Lanjut ke Bejong (nama samarannya Maizar Saputra). Kenapa gue bilang gitu? Karena dia lebih di kenal dengan sapaan Bejong. Dia temen sekelompok gue sewaktu Ospek. Freak. Awalnya doang kalem, setelah kenal deket, dia ga ada bagus-bagusnya sama sekali. Di kelas? Jelas, temen ketawa bareng. Di kosan? Temen ngancut bareng, dan usilin si Usber yang lagi ngantuk. Selanjutnya ada Danu, Imron, Walid. Ciri khas Imron kalau lagi presentasi, "nah, ini penting, nih". Dia selalu bilang itu di tiap slide. Danu di kelas itu diem-diem observasi, mimpi, onani. Haha (peace, it was a joke, Dans). Kalau Walid, diem-diem hanyut. Hanyut dalam mimpi. Daniel orang yang cukup dewasa. Kalem. Cool. Atau mungkin emang lagi nahan mules aja. Selebihnya ada tim cerita. Kenapa gue bilang gitu? Karena mereka sukanya cerita ketika belajar. Personilnya ada: Ade Irma, Kiki Septiani, Kiki Rahmasari, Andita, Yurika, Dewi, Laila, Lia, Fairuz, Ocho (aduh yang ga kesebut maaf banget, bukan maksud menyisihkan atau melupakan, tapi, emang lupa). Tim bawel selanjutnya ada: Vini, Fani, Alia si centil dan pecicilan, Moe, Wulan, Annisa, Riwias, Jule, Juli, Tuti, Putri, Oyes, Pangestika. Oh, men, rame banget mereka kalau udah ngegosip. Repot, cyin. Tim kompak yang lainnya, ada Stefani, Pungkas, Tika, Nadia, Resya. Mereka kompak kalau kemana-mana. Seru. Sekali lagi, yang ga kesebut sama gue maaf banget, ya. Ga ada maksud apapun, emang guenya aja yang lupa.. Jangan tersinggung, ya :)

Dari yang udah gue sebutin diatas, harus kita akui, 01 memang kebagi jadi beberapa kelompok main bareng. Sesuai kenyamanan. Bukan berarti kita ga peduli satu sama lain. Ini cuma soal temen main aja, kok. Ga main bareng bukan berarti memendam benci. Sama kaya Indonesia yang punya beberapa suku, tapi, tetap bersatu.

Gue inget waktu kita gabung dan ketemu di 01. Hari selasa, tanggalnya gue lupa. Mata kuliah Psikologi Klinis, dosennya Bu Trida. Beliau sekaligus jadi wali kelas kita ketika itu. Semester 3, Imron ditunjuk jadi ketua kelas, sampe akhirnya dia turun jabatan karena fotokopian materi yang seringkali telat disampein ke temen-temen satu kelas. Semester berikutnya, Aji jadi ketua kelas. Gue jadi ketua 2. Kita bersama membangun 01 (ini sih emang lebay aja gitu, biar keren). Aji sama gue saling isi, maksudnya, saling isi nyebarin info ter-update dari dosen, buat disampein ke temen-temen satu kelas. (ga) keren, kan?

Apapun cita-cita kalian, apapun profesi kalian nanti, apapun pekerjaan kalian nanti, ga perlu malu untuk dishare. Gue mau kita tetep saling bantu, kalau temen-temen lagi butuh bantuan. Selama kita mampu dan bisa, kenapa ngga? Apapun kekurangan kelas kita, mau ga mau, kita udah saling mengisi selama hampir 3 tahun. Ini bagian dari kenangan, buat dikenang, bukan dilupakan. Kalau ada diantara kalian yang kangen, sila dishare, ga perlu sungkan. Kita saling bantu buat (paling ngga) ketemu. Cheers!

Tiga Tahun = Enam Semester

Memang udah takdir, gue kuliah di jurusan Psikologi. Takdir yang gue usahakan tentunya, karena gue yang pilih jurusan itu, setelah lulus SMA. Gue jatuh cinta sama Psikologi, dalam arti, pengen belajar soal ilmu itu, sebelum gue tau, apa yang dipelajari ketika gue kuliah di jurusan tersebut. Akhirnya, gue 2009 gue resmi jadi salah satu mahasiswa Psikologi. Gue ga akan ceritain gimana perjalanannya, karena nantinya akan panjang banget, mengingat sekarang udah 2013. Gue ga akan sok-sokan bikin tebak-tebakan buat yang baca tulisan ini dengan kalimat, "gue semester berapa hayo?" Gue mahasiswa tingkat akhir yang lagi nyusun skripsi, begitu juga dengan temen-temen seangkatan gue yang lain. Kita lagi berjuang untuk lulus, walaupun ga semudah yang kita bayangin.

Dari dulu, gue yakin, kita semua hampir dicekokin sama kalimat, "masa SMA itu masa paling indah", itu memang bener, sampai akhirnya gue lulus. Ketika gue masuk kuliah, dan sekarang udah sekitar 4 tahun gue jadi mahasiswa, kalimat itu ga ada apa-apanya. Buat gue (setelah gue menjalani perkuliahan selama kurang lebih 4 tahun), masa kuliah itu masa yang paling menyenangkan. Banyak faktornya. Sekarang gue mau jabarin beberapa diantaranya, pertama, kenapa buat gue kuliah itu menyenangkan dibanding masa SMA, karena gue kuliah di jurusan yang gue suka, tanpa paksaan, tanpa tekanan dari pihak manapun, termasuk orang tua gue. Kedua, karena alasan tadi, gue kuliah jadi berasa main. Kenapa? Tentu kalian semua udah tau, kuliah itu ga pake seragam, pake baju bebas, situasinya juga ga selalu dan ga mesti formal kaya waktu SMA. Alasan ketiga, di tingkat kedua (semester 3) atau ketika kenaikan tingkat dari tingkat 1 ke tingkat 2, di kampus gue, ada perombakan kelas, dimana kita akan akan sekelas sama temen-temen yang beda kelas (masih 1 jurusan pastinya), berdasarkan IPK. Bayangin, berdasarkan IPK! Bukan berarti gue merendahkan kelas lain, ya.. Katanya, kelas 01 adalah kelas dimana mahasiswanya punya IPK yang tinggi. Ternyata bener. Setelah denger kabar itu, gue ga mau masuk 01, karena gue pikir, anak yang masuk kelas itu, pasti kalau belajar serius, malesin, karena gue tipe orang yang kalau belajar ga bisa serius. Dan ternyata gue masuk 01. Takdir. Ga berenti sampai disitu, ternyata anggapan gue salah tentang anak-anak yang masuk kelas 01. Mereka sama kaya gue, kalau belajar ya sambil becanda juga, orang-orangnya ya singit juga.

Udah tiga tahun (enam semester) gue ada di kelas PA01 (PA itu kode di kampus gue untuk jurusan Psikologi). Banyak kenangan, pastinya. Agak bingung mau jelasinnya, karena kita udah saling mengisi sejauh ini. Ini sekedar testimoni singkat aja dari gue, menyenangkan ada di kelas 01, yang tadinya, gue pikir ini kelas yang bisa bikin gue stress dengan metode belajar dari tiap temen-temen. Ternyata ga gitu. Gue nyaman ada di kelas ini, ga selalu menyenangkan memang, masalah pasti ada, cuma, gue ga mau mikirin dari sisi itu aja, posisi ketika ada masalah. Gue akan kangen sama kelas ini, sedih kalau inget kita akan disibukkan sama pengerjaan skripsi. Tapi, gue ga akan diem aja, apalagi nyerah cari cara buat bisa kumpul bareng sama kalian semua, walaupun  ga se-intens dulu ketika kita masih belajar bareng. Siapin diri kalian, juga waktu kalian buat kumpul bareng. Selalu ada cara dan celah ketika kita dihadapkan pada suatu masalah. Menurut gue kangen sama temen-temen 01 adalah salah satu masalah yang harus kita selesaikan bareng-bareng, dan gue harus nemuin penyelesaian masalahnya, dengan bantuan kalian pastinya.

Kita coba realistis, bukan berarti pesimis. Beberapa dari kita pasti ada yang wisuda lebih dulu, ada juga yang menyusul setelahnya. Untuk yang belum bisa wisuda dengan segera, atau ada kendala dengan pengerjaan skripsinya, jangan malu untuk minta bantuan, atau sekedar share, ngobrol bareng, sekalian ketemu kalau memang kangen. Gue ga percaya ketika seseorang pake alasan sibuk. Itu bisa bikin lawan bicara "males", menurut gue. Coba diganti dengan kalimat lain, misal, "gimana kalau kita ketemu hari...... Soalnya minggu ini gue udah ada janji/ada kegiatan (/atau apapun itu)". Intinya, sih, sama, tapi, diganti dengan kalimat yang lebih enak diterima. Sesibuk-sibuknya kalian, masa, sih, ga ada waktu buat ketemu, kumpul, ngobrol? :) Pasti ada, cuma, harus ditentukan waktunya. Luangkan waktu buat sekedar ngobrol, kalau memang lagi ada masalah atau butuh diskusi, ya, temen-temen 01 :D untuk yang punya kendala apapun dalam pengerjaan skripsi (termasuk gue), peraturan buat kita, "boleh ngeluh, dilarang nyerah, tetep yakin (dalam hal positif tentunya)". Gue yakin, kalian pasti punya strategi tersendiri buat ngerjain skripsi, yakin dan jalanin strategi kalian, ya. ITU.

Monday 24 June 2013

Menetukan Pilihan, Pilihan Menentukan

Pasti lo pernah dihadapkan sama beberapa pilihan, banyak pilihan, yang mengharuskan lo untuk memilih 1 dari beberapa atau banyak pilihan tersebut. Menurut gue, pilihan yang muncul, atau paling ngga, yang terpikirkan sama kita, bisa jadi kemungkinan. Kemungkinan itu kita yang menentukan, jadi lebih baik, atau malah salah pilih, yang nantinya bikin kita harus memilih lagi kemungkinan lain. Sadar atau ngga, apa yang kita pilih, jadi sesuatu yang penting.

"apa yang lo pilih (/keputusan lo) akan memengaruhi apa yang lo jalani sekarang"
Menurut gue, penggalan itu emang betul adanya. Banyak contoh sederhananya, yang biasa terjadi di kehidupan sehari-hari, misalnya lo adalah seorang pengendara bermotor, lo tau kalau lewat jalan A, akan macet, lo memutuskan lewat jalan B walaupun agak jauh, tapi, jalanan lancar. Lo akan pilih yang mana? Kalau gue, pasti pilih jalan B, karena gak macet, dan mood gue ga akan rusak (karena marah-marah), ketika ketemu sama kemacetan.

Keputusan yang salah, mengarahkan kita ke suatu hal yang lebih baik. Gue percaya sama hal itu. Kita pake contoh yang tadi, ketika lo pilih jalan A, ternyata macet dan lo bete, nantinya lo akan antisipasi buat pilih jalan lain, yang jalanannya lancar. Sederhana, kan? Keputusan pilih jalan A itu kita anggap salah, karena pertama macet, kedua bikin mood jelek. Kita belajar dari situ, dan kita ga pilih jalan itu lagi. Walaupun ga selamanya jalan A macet. Apa yang kita pilih sebelumnya, tentu memengaruhi pemikiran kita saat ini, dan ga perlu takut kalau ternyata pilihan lo belum tepat, karena pilihan yang belum tepat itu justru mengarahkan lo ke pilihan yang lebih baik, menurut gue, itu bisa jadi salah satu proses pendewasaan diri.
"so what, if you make a mistake? It just one time, isn't it? This is your life"
Itu salah satu penggalan lirik lagu (One Ok Rock) yang gue suka, ngingetin gue biar ga takut bikin kesalahan. Bukan berarti gue dengan sengaja bikin kesalahan tentunya.

Ketika menentukan pilihan, pilihan akan balik menentukan kita. Itu artinya, apa yang kita pilih, dampaknya tentu akan kita rasain juga. Entah itu dampak positif atau negatif. Positif dalam arti menyenangkan, bikin kita nyaman, dan semacamnya. Sedangkan negatif, tentu kebalikannya. Sekedar share, gue pernah pacaran sama seseorang yang makin lama gue tau, candaan gue itu kurang pas sama dia. Entah ini salah gue atau bukan, yang jelas, gue ngerasa ga jadi diri sendiri ketika itu. Mungkin dia juga ngerasain hal yang sama, karena ada beberapa candaan dia yang ga pas sama gue. Kita juga ga tau, mungkin karena selera bercanda kita yang beda. Gue "pegel" ketika itu, karena gue susah untuk ketawa lepas, becanda kaya biasanya, kaya gue becanda sama temen. Serba salah. Pernah, ketika dia lagi ngambek, gue coba ngehibur, berharap gue bisa bikin dia ketawa tentunya, eh, setelah itu dia malah bilang, "aku lagi ga nyuruh kamu buat stand up comedy, ya!". Oh, shit. "Jleb" banget ketika itu. Gue ga akan lupa sama kalimat itu. :) Setelahnya kita putus, ada gap beberapa bulan, dia pengen kita balikan, tapi, akhirnya ga jadi-jadi juga, sampe akhirnya gue pegel sendiri, gue ga bisa kaya gitu, gue ga bisa ngejalanin hal yang kaya gitu, itu bukan gue. Walaupun pada masanya, di waktu itu, kita sempet seneng bareng, dan ada beberapa kesamaan diantara gue sama dia. Akhirnya gue memutuskan buat ninggalin dia, karena beberapa alasan tentunya. Mungkin gue lelah. Hehe.. Setelah itu, apa yang gue dapet? Hal yang lebih baik! Seseorang yang lebih baik. Dan gue ngerasa jauh lebih baik. Gue ngerasa cukup. Gue ngerasa bisa jadi diri sendiri. Gue bisa bercanda sepuasnya, dan dia ga mempermasalahkan itu, malah, kita ketawa bareng, bercanda bareng :) selain itu, sosok yang lebih baik itu, bukan sosok yang keras kepala. Dia bisa dan mau beradaptasi sama sikap gue. Dia tau gue keras kepala, makanya dia menyesuaikan dengan ga ikutan keras kepala. Dia pernah bilang, "aku mau coba belajar ngadepin kamu, bukan ngelarang kamu". Gue tau dia bukan cuma "ngomong doang", gue bisa ngerasain hal itu lebih dulu, sebelum dia ngomong hal itu. Gue punya motto hidup, sekaligus keyakinan, "hidup gue, kehidupan gue, harus lebih baik dari hari ke hari, dari waktu ke waktu", mungkin motto hidup gue juga punya peran untuk apa yang gue jalani sekarang. Lebih baik. Ga usah takut berharap, ga usah takut menentukan pilihan. Ketika gue menentukan pilihan, pilihan ikut menentukan gue.

Note: tulisan ini bukan bermaksud untuk membandingkan apalagi menjelek-jelekan seseorang. Gue cuma mau berbagi pengalaman. Tapi, kalau kalian yang baca ini berpikir yang kurang baik, itu diluar kuasa gue. Bukan kuasa gue untuk maksa kalian biar sepemikiran sama gue. Yang jelas, gue udah jelasin maksud gue ketika menulis ini. Trims! :)

Friday 21 June 2013

I Love Us


Kalau kalian pernah nonton "500 Days Of Summer", pasti judul yang gue up-date itu ga asing. Ya, judul tulisan ini gue ganti, dari "Nazliah Gusmuharti Vs. Seto Wicaksono" ke "I Love Us", karena terinspirasi dari film itu dan lebih sederhana. Gue nge-post beberapa foto di atas tanpa bermaksud ingin memamerkan. Gue nge-post itu karena gue cukup seneng. Seneng karena apa? Dalam beberapa hal, ketika gue foto sama orang yang ada di foto. Bukan berarti kalau gue ga nge-post foto bareng temen-temen, gue ga seneng temenan sama mereka, ya.
I Love Us.

Tuesday 18 June 2013

Kencan Pertama, Komentar Pertama

Selasa, 06:00 AM. Bisa dibilang bukan jam sebenarnya, karena gue liat jam yang ada di handphone gue, waktunya "kecepetan". Ga banyak, cuma "kecepetan" sekitar 5 menit. Di pagi ini, sebenernya gue kebingungan mau posting apa. Tapi, tiba-tiba gue inget, waktu dimana gue sama Nazliah, kencan untuk pertama kali. Gue ulang, PERTAMA KALI. Waktu itu Sabtu. Layaknya orang yang kencan, kita memilih untuk nonton dan ngobrol-ngobrol sampe jam 9.30an (malem tentunya). Tapi, fokus kita bukan itu, lupain hal romantis, karena gue ga akan cerita tentang hal romantis kali ini.

Jadi, awal mula gue deket sama Nazliah itu ga banyak temen-temen yang tau. Temen-temen gue pada "kepo". Kalau udah gitu, kalian tau kan apa efeknya? Yak! Setelah tau infonya dari "mulut ke mulut", mereka nanya ke gue, "To, lo lagi deket sama cewe, ya? Ciee.. Cantik, ga? Kenalin, dong". Kalimat itu sering muncul ketika gue masih "pendekatan" sama Nazliah. Gue cuma jawab, "entar juga lo liat sendiri". Akhirnya, dua orang temen gue ngeliat lebih dulu si Nazliah waktu gue kencan pertama kali sama Nazliah. Mereka itu Bejong (nama aslinya Maizar) sama Yessica (Oyes). Ketika Oyes liat Naz (sapaan buat Nazliah), dia bilang, "ih, Seto, cantik banget.." gue seneng, merasa ikut tersanjung (walaupun ga perlu juga, sih). Komentar absurd keluar dari mulut Bejong, "widih.. Menang banyak lo, To". Sumpah, itu kampret banget. Ngga, gue ga marah sama sekali. Gue malah ngakak ketika denger kalimat itu. "menang banyak". Itu kalimat apa? (-__-) yang ada dipikiran gue adalah, pertama, gue kaya lagi main judi gitu, terus gue kalahin semua lawan-lawan/pesaing gue. Yang kedua, kesannya gue jelek banget, ga bisa apa-apa, terus gue dapetin si Naz. Itu apaa? (-__-) sekali lagi, gue ga marah. Itu malah jadi lelucon diantara gue sama temen-temen. Naz juga udah tau, dia malah ikutan ngakak.

Setelah lama gue sama Naz deket, akhirnya kita pacaran, dan makin banyak komentar absurd, ngelanjutin apa yang udah dibilang Bejong sebelumnya. Ya, yang komentar ya temen-temen gue juga. Berikut komentar-komentar dari temen-temen yang gue kutip:

Pangestika: "gausah belagu lu, To. Gue tau lu menang banyak"

Putri: "Seto udah menang banyak, dapet kembalian lagi.."

Usber: "lu kaya orang ekonomi. Pake prinsip, dengan modal yang minim, dapet hasil yang maksimal. Lu ngasih motivasi buat orang di luar sana, ga selamanya orang cantik nolak yang jelek".

Komentar lain disuarakan oleh Aji: "malah kalau menurut gue, si Naz bisa ngimbangin lu, dalam hal apa aja" (sebelumnya gue udah nyelipin duit di tangannya Aji)

Komentar mereka asli random abis. Gue marah? Jelas ngga. Yang ada gue "ngakak" ketika mereka komentar kaya gitu. Kocak, lucu. Sekarang udah jam 6.20 AM, gue ada jadwal jaga lab di kampus. Itu tandanya, gue harus.... Buang air besar.

Sunday 2 June 2013

Dari Cemburuan, Sampai Belajar Mengontrol

Ga ada yang salah sama judulnya. Gue ga malu untuk mengakui, gue itu termasuk orang yang gampang cemburu. Seringkali karena masalah yang sepele sekalipun. Gue sempet mikir, "ada apa sama gue, kok gue cemburuan, malah terkesan posesif. Itu ga bagus.". Gue tau, di Psikologi, kita bisa menganalisa itu lewat psikoanalisa, dimana masa lalu itu bisa jadi salah satu penyebab perilaku kita di masa sekarang. Kesampingkan soal itu, karena gue sedang berusaha mengurangi cemburuannya gue. Gimana cara mengurangi, atau paling ngga, dikontrol.

Gue sadar, gampang cemburu itu ga baik, ga asik. Memang, sesuatu yang berlebihan itu biasanya ga baik. Ketika cemburu, gue mikir beberapa kali, "apa yang gue cemburuin? Kenapa gue harus cemburu?" dan banyak pertanyaan lain yang muncul di kepala gue, tujuannya, biar gue bisa meredam cemburunya gue itu. Ga sepenuhnya berhasil. Kadang berhasil, kadang juga gagal. Ini proses. Gue ga mau kalah sama proses ini.
Ketika gue cemburu karena hal sepele, yang kena pasti pacar gue. Tiba-tiba gue ngediemin, jutek, dan semacemnya. Ga masuk akal. "kalau cemburu liat-liat orang, dong", itu salah satu kalimat yang mantan pacar gue pernah bilang. Walaupun gue cemburuan, gue juga mikir, lah. Kalau keluarga sendiri, keluarga pacar gue sendiri, ya ga dicemburuin juga. Yang gue maksud disini adalah orang lain, bener-bener orang lain.

Gue akui gue pencemburu, sampe akhirnya gue pacaran sama si Nazliah Gusmuharti. Gue ga tau, ketika gue ngetik artikel ini, dan dia baca tulisan ini, dia percaya atau ngga gue itu cemburuan atau ngga, mungkin dia pikir gue lagi becanda, kaya biasanya. Hehe. Selama gue deket dan pacaran sama dia, gue bukannya ga ada rasa cemburu. Ada, dan pernah. Sedikit, ga berlebih, dan ilang gitu aja. Gue bisa becanda kaya biasanya, walaupun gue lagi dalam keadaan sedikit cemburu. Ajaibnya, ada semacem sesuatu yang mengharuskan gue mengontrol rasa cemburu itu. Bukan berarti dipendem. Ini baik, jauh lebih baik dari gue yang sebelumnya, walaupun kontrol yang sekarang belum sempurna. Gue yakin, sedang dalam proses menuju ke sana.

Gue masih yakin ini bukan kebetulan. Bukan kebetulan ketika gue ketemu Naz, beberapa hal di hidup gue, kehidupan gue, jadi lebih baik. Ketika elo baca ini, semoga elo bisa mencerna apa yang gue maksud dan apa yang pengen gue sampaikan di tulisan ini. Khususnya elo ya, Nazliah! :) gue harus yakin, bisa kontrol rasa cemburunya gue. Buat gue, juga buat elo. Dari cemburuan, sampai belajar mengkontrol. 

Diwaktu ngetik ini, ga ada rasa kesel atau marah, kok. Cuma ngerasa aneh dan seneng aja, karena akhirnya gue bisa kontrol hal itu. Yang jelas, gue ga malu untuk mengakui, kalau gue sempet jadi orang yang cemburuan. Bukan berarti cemburunya gue ilang sama sekali, karena "cemburu itu bagian dari sayang", katanya. Kalau udah baca tulisan ini, ga perlu ketawa, ya, Nazliah. -____-

Saturday 25 May 2013

Kebetulan? Gue Pikir, Ngga.

Gue, juga siapapun yg baca ini, pasti seringkali punya keinginan, doa, juga harapan yg pernah kita punya, kelak bisa terwujud, bisa ngejalanin apa yg diharapkan sesuai apa yg dibayangkan. Ga kebayang, gimana serunya ketika kita ngejalanin apa yg kita harapkan dari jauh-jauh hari, bahkan ketika kita berharap aja, kita belum bisa bayangin, ketika harapan itu datang, dan akhirnya terwujud. Tanpa sadar, mungkin harapan itu jadi sebuah doa, yg nantinya, Allah pasti akan mewujudkan hal itu. Entah dengan segera, sedikit ditunda (dan ketika ditunda, itu artinya kita harus berusaha), atau mungkin ada harapan lain yg tanpa kita sadar, lebih baik.
Sejak dari semester 2, ketika ada praktikum Psikologi Faal di perkuliahan gue, dan gue liat ada beberapa asisten lab yang "sibuk", gue berharap, kelak gue bisa jadi asisten lab, kerja di lab, ketemu sama junior, dan interaksi sama temen-temen disana. Semester 6, ada penerimaan aslab (asisten lab), dan gue memberanikan diri buat apply cv. Ada psikotest, interview (layaknya orang yg mau kerja), dan ketika pengumuman, Alhamdulillah diterima. Kebetulan? Gue pikir, ngga. Selama kita yakin sama harapannya kita, sesuatu bisa terjadi. Percaya atau ngga. Sadar atau ngga. Dan gue dalam kondisi yang cukup yakin ketika gue berpikir, "gue akan jadi aslab nantinya".
Jauh sebelum gue kepengen jadi aslab ketika kuliah, dari 1 SMA, gue udah kepengen kuliah di Psikologi. Entah apa alesannya. Suka sebelum tau apa yg dipelajari, suka karena cewe-cewe dijurusan gue menarik, atau suka karena ada bisikan ga jelas? Gak ngerti juga gue. Yg jelas, dari kelas 1 SMA gue pikir, gue harus kuliah di Psikologi. Gue berusaha, gue dipaksa harus memilih antara jurusan Manajemen Agribisnis (yg menurut orang banyak menjanjikan), atau Psikologi (yg gue suka sebelum gue tau apa isinya. Yg jelas, ini dorongan hati, kesenangan tanpa tekanan. Mungkin ini yg dibilang passion). Jelas, gue pilih Psikologi. Ga asal pilih, gue pun berusaha (kalau ga salah udah sedikit gue ceritain sebelumnya di blog ini. Hehe). Dan sekarang gue kuliah di Psikologi. Kebetulan? Gue pikir, ngga. Ketika kita mau memperjuangkan sesuatu, ditambah kita tetep terus berharap, ada "kekuatan" yg ga diduga, ga kita kira sebelumnya.
Dari kelas 1 SMA, gue pengen banget punya pacar yg lebih tua. Entah beda usianya 1, 2, 3, 4, atau 5 tahun. Asal gak terlalu jauh. Gue sampe diskusi sama nyokap gue, dia bilang, gapapa kalau gue sukanya begitu, asal jarak usianya ga terlalu jauh. Ok, anggap aja percakapannya "deal". Kalau ga percaya, tanya aja sama si Nizar (temen SMA gue, yg mungkin, atau pastinya ga kalian kenal. Yaudahlah, gausah kenal dia juga. Banyak yg bilang, dia mirip Ridho Rhoma. Mau ngecek? Yaudah, ini akun twitternya: @nizarAlif. Sila dicek). Gue dari dulu sering banget bilang ke Nizar, "Zar, gue pengen deh punya pacar yg lebih tua dari gue. Kayanya seru.." salah satu alesannya, gue berasa nyambung kalau ngobrol sama yang lebih tua. Bukan berarti gue ga mau berhubungan sama yang lebih muda. Toh, beberapa mantan gue ada yang usianya dibawah gue. Dari 1 SMA, gue berpikir, punya pacar atau berjodoh sama yang lebih tua, pasti menyenangkan. Hal yang menyenangkannya ga perlu gue sebut satu per satu juga kali, ya.. Salah duanya, bisa manjain, bisa diajak diskusi (itu yg ada di pikiran gue, menurut gue). Sampe akhirnya gue ketemu seseorang. Dia lebih tua dari gue, walaupun cuma 1 taun, tapi, apa yg gue pikir menyenangkan, ternyata emang bener adanya, sama kaya apa yg gue harap, gue bayangkan dari jauh-jauh hari. Terlalu panjang ceritanya, kalau gue bahas gimana caranya kita bisa saling menemukan. Unik. Menarik. Biasa, tapi, ga biasa. Nazliah Gusmuharti, itu nama dia. Dia (/kita) sama-sama berusaha menciptakan kondisi yang kita pikir nyaman, selama menjalani suatu hubungan. Dia tau caranya "mengakui" seseorang tanpa banyak alasan, dia bisa menciptakan sesuatu yang gue harap, gue bayangkan, tanpa gue bilang lebih dulu. Ada perasaan lain ketika gue kenal sama dia. Gue merasa gue sedang dijalur yang baik, menuju ke arah yang lebih baik. Perasaan yang gue rasain sekarang aneh, gue baru kali pertama ngerasain hal ini. Perasaan yang aneh, sekaligus baik. Perasaan yang belum gue rasain sebelumnya ketika ketemu dan menyayangi seseorang. Kita yakin, kita sama-sama menuju ke arah yang lebih baik. Kalau kalian yang baca ini berpikir, ini adalah sesuatu yg norak, coba nilai dari sudut pandang lain, ada sesuatu yang pengen gue sampein. Kebetulan? Gue pikir, ngga. Kita bisa menemukan, menciptakan, selama keyakinan itu tetep ada, kita berusaha, walaupun dalam jeda waktu yg cukup lama. Ga perlu takut berharap dan meyakini sesuatu, selama kita pikir itu baik.
Ketika Nazliah bilang, "I love you.." pertama kali, dan ketika dia bilang gitu, gue selalu pengen bilang, "sorry, I love you first".

Catatan Seorang Perekrut #17 Recruiter yang Insecure dengan Perjalanan Karirnya

Jumat, 14 Juli 2017. Hari yang nggak akan pernah saya lupakan dalam perjalanan karir yang, usianya masih seumur jagung ini. Hari di mana akh...