Sunday 28 July 2013

Skripsi, Tugas Akhir, Atau Tugas Menunggu?

Gue ga akan basa-basi soal judul di atas. Temen-temen di semester akhir semasa kuliah, pasti ngerjain itu, sesuatu yang dibilang sebagian orang nyebelin. Bahkan Kakak Bokap gue sampe bilang, "skripsi itu aneh, walaupun IPK udah mencukupi, kita udah lulus, tetep aja kita ga akan di wisuda kalau skripsi belum selesai". Gue anggap itu sebagai candaan. Ga perlu diseriusin. Kalaupun iya diseriusin, kita mau ngomel apaan? Omelan kita bakalan ngerubah atau meghapus format skripsi? Untuk sekarang, ga akan. Untuk kedepannya? Gue belum tau, karena fungsi skripsi yang gue tau, dan menurut gue, biar mahasiswa paling ngga bisa "menulis". Bukan sekedar menulis tentunya.

Entah apa yang bikin skripsi jadi hal yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa. Padahal kalau dipikir, itu ya semacem tugas, "tugas akhir" bagi mahasiswa, bentuknya menurut gue sih ga jauh beda sama makalah, cuma ya dibuat ilmiah, dan kita harus terjun langsung ke lapangan buat menyelesaikan. Ya, penelitian. Dimana mahasiswa (biasanya) dibimbing oleh 1 atau2 dosen dalam pengerjaannya. Terus, apa yang bikin mahasiswa terkesan males dan rentan sendu perasaannya ketika ngerjain skripsi? Tentu ada beberapa alasan. Akan coba gue jabarkan satu-per-satu, sesuai sama apa yang gue rasain sejauh ini, dan keluhan dari temen-temen gue yang se-angkatan, yang tentunya lagi ngerjain skripsi.

1) Jadwal bimbingan yang (kadang) ngga tentu
Untuk urusan ini, jelas gue ngerasain sendiri, karena dosen pembimbing gue adalah salah satu dosen yang memiliki cukup banyak kesibukan. Kita ga bisa maksa untuk hal itu, cuma bisa nunggu kepastian kapan konsul. Untuk hal ini, saran gue, ketika DP (dosen pembibing) konfirmasi jadwal konsul, kita ga boleh menyia-nyiakan hal itu. Sebisa mungkin konsul. Bosen memang, kalau kita ga dapet kepastian, tapi, kita bisa apa? Ganti DP? Ribet. Terima aja. Bukan berarti pasrah. Kita harus ngatur ulang strategi kita.

2) Dosen pembimbing yang sibuk
Hal ini berkaitan sama poin di atas. Ga beda jauh. Intinya, kalau DP sibuk, jadwal konsul juga seringkali ngaret. Bukan berarti jadwal konsul jadi ga pasti. Ada beberapa dosen yang ngasih jadwal pasti untuk konsul, disela kesibukan mereka. Misal, 2 minggu sekali, 1 bulan sekali, dan seterusnya. Bersyukurlah yang dikasih jadwal pasti. Paling ngga, kalian tau kapan harus merevisi berkas kalian, dan kalian bisa bikin jadwal revisi, ngatur waktu.

Secara garis besar sih itu. Hal lainnya, bisa jadi males yang ada di diri mahasiswa. 2 poin yang udah gue sebutin, bukan maksud mau menyalahkan dosen. Gue percaya, tiap orang punya kesibukan, bukan berarti lepas tanggung jawab, dari apa yang udah ditugaskan. Gue bukan mau menegur dosen, ataupun orang lain, teguran itu jelas gue tujukan pertama buat gue. Juga bukan buat menasehati, apalagi menggurui. Untuk 2 poin yang udah gue sebutin di atas, akhirnya kepikiran, "Skripsi itu tugas akhir, atau tugas menunggu (dosen)?" Gausah terlalu diseriusin, gue bikin tulisan ini ketika gue susah tidur, makanya isinya pun seadanya. Sama seperti tulisan sebelumnya, tulisan ini kurang penting.

No comments:

Post a Comment

Catatan Seorang Perekrut #17 Recruiter yang Insecure dengan Perjalanan Karirnya

Jumat, 14 Juli 2017. Hari yang nggak akan pernah saya lupakan dalam perjalanan karir yang, usianya masih seumur jagung ini. Hari di mana akh...