Sunday 28 July 2013

Skripsi, Tugas Akhir, Atau Tugas Menunggu?

Gue ga akan basa-basi soal judul di atas. Temen-temen di semester akhir semasa kuliah, pasti ngerjain itu, sesuatu yang dibilang sebagian orang nyebelin. Bahkan Kakak Bokap gue sampe bilang, "skripsi itu aneh, walaupun IPK udah mencukupi, kita udah lulus, tetep aja kita ga akan di wisuda kalau skripsi belum selesai". Gue anggap itu sebagai candaan. Ga perlu diseriusin. Kalaupun iya diseriusin, kita mau ngomel apaan? Omelan kita bakalan ngerubah atau meghapus format skripsi? Untuk sekarang, ga akan. Untuk kedepannya? Gue belum tau, karena fungsi skripsi yang gue tau, dan menurut gue, biar mahasiswa paling ngga bisa "menulis". Bukan sekedar menulis tentunya.

Entah apa yang bikin skripsi jadi hal yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa. Padahal kalau dipikir, itu ya semacem tugas, "tugas akhir" bagi mahasiswa, bentuknya menurut gue sih ga jauh beda sama makalah, cuma ya dibuat ilmiah, dan kita harus terjun langsung ke lapangan buat menyelesaikan. Ya, penelitian. Dimana mahasiswa (biasanya) dibimbing oleh 1 atau2 dosen dalam pengerjaannya. Terus, apa yang bikin mahasiswa terkesan males dan rentan sendu perasaannya ketika ngerjain skripsi? Tentu ada beberapa alasan. Akan coba gue jabarkan satu-per-satu, sesuai sama apa yang gue rasain sejauh ini, dan keluhan dari temen-temen gue yang se-angkatan, yang tentunya lagi ngerjain skripsi.

1) Jadwal bimbingan yang (kadang) ngga tentu
Untuk urusan ini, jelas gue ngerasain sendiri, karena dosen pembimbing gue adalah salah satu dosen yang memiliki cukup banyak kesibukan. Kita ga bisa maksa untuk hal itu, cuma bisa nunggu kepastian kapan konsul. Untuk hal ini, saran gue, ketika DP (dosen pembibing) konfirmasi jadwal konsul, kita ga boleh menyia-nyiakan hal itu. Sebisa mungkin konsul. Bosen memang, kalau kita ga dapet kepastian, tapi, kita bisa apa? Ganti DP? Ribet. Terima aja. Bukan berarti pasrah. Kita harus ngatur ulang strategi kita.

2) Dosen pembimbing yang sibuk
Hal ini berkaitan sama poin di atas. Ga beda jauh. Intinya, kalau DP sibuk, jadwal konsul juga seringkali ngaret. Bukan berarti jadwal konsul jadi ga pasti. Ada beberapa dosen yang ngasih jadwal pasti untuk konsul, disela kesibukan mereka. Misal, 2 minggu sekali, 1 bulan sekali, dan seterusnya. Bersyukurlah yang dikasih jadwal pasti. Paling ngga, kalian tau kapan harus merevisi berkas kalian, dan kalian bisa bikin jadwal revisi, ngatur waktu.

Secara garis besar sih itu. Hal lainnya, bisa jadi males yang ada di diri mahasiswa. 2 poin yang udah gue sebutin, bukan maksud mau menyalahkan dosen. Gue percaya, tiap orang punya kesibukan, bukan berarti lepas tanggung jawab, dari apa yang udah ditugaskan. Gue bukan mau menegur dosen, ataupun orang lain, teguran itu jelas gue tujukan pertama buat gue. Juga bukan buat menasehati, apalagi menggurui. Untuk 2 poin yang udah gue sebutin di atas, akhirnya kepikiran, "Skripsi itu tugas akhir, atau tugas menunggu (dosen)?" Gausah terlalu diseriusin, gue bikin tulisan ini ketika gue susah tidur, makanya isinya pun seadanya. Sama seperti tulisan sebelumnya, tulisan ini kurang penting.

Thursday 25 July 2013

Merindukan, Dirindukan

Ngga adil ketika kita perlahan mulai pisah sama teman-teman seperjuangan ketika belajar bareng (dalam arti, lulus), rindu kita terhadap mereka justru memudar, ketika kita menemukan seseorang atau teman seperjuangan yang baru. Dan akhirnya kita malah melupakan mereka (teman seperjuangan yang sudah lebih dulu hadir di keseharian kita). Gue ngga mau kaya gitu, kita ga boleh ngelakuin hal itu, semoga semesta mendukung pernyataan gue itu. Terlebih, kalau kenyamanan udah tertanam dalam diri.

Kamis, 18 Juli 2013, hari dimana gue sama temen-temen sekelas (PA01-2009), merasakan UAS terakhir di masanya kita kuliah bareng, di semester 8, dengan komposisi (bisa dibilang) utuh. Dalam arti, 1 keluarga 4PA01. Gue akan cerita tentang ruangan UAS yang gue tempatin (karena dalam 1 kelas, kita dibagi jadi 2 ruangan, berdasarkan absen), ketika itu, kita lagi UAS mata kuliah Komputasi SPSS. Sebelum masuk ruangan, ada perasaan campur aduk, perasaan yang sama ketika pertama kali UAS waktu baru masuk kuliah, deg-degan. Bedanya, pertama UAS, gue deg-degan karena seneng ngejalanin UAS pertama di masa kuliah, kedua, gue deg-degan karena ini adalah UAS bareng 4PA01 di semester akhir, semester 8. Semalem sebelum UAS-pun, gue ga konsen belajar, gue udah ga peduli nilai, fokus gue adalah temen-temen satu kelas. Gue menikmati waktu bareng mereka, bukan berapa nilai yang akan gue dapet nantinya. Gue ga tau apa temen-temen gue yang lain berpikir tentang hal yang sama. Kalaupun beda, gue ga peduli, gue ga berharap perasaan gue terbalas. Gue cuma mau ngelakuin apa yang mau gue lakuin ketika itu, merasa apa yang gue rasa. Merindukan, walaupun ngga dirindukan.

Kita masuk ke ruangan jam 13.00. Ketika masuk ruangan, seperti biasa, temen-temen yang lain terlihat serius. Lain halnya dengan gue, yang seringkali buat celotehan ga penting sebelum mengisi identitas di Lembar Jawaban Komputer (LJK). Celotehan apapun itu. Diwaktu itu, gue sengaja pilih tempat duduk paling belakang. Alasannya? Bukan untuk mencontek pastinya. Gue cuma mau ngeliat temen-temen gue dari belakang, dan biar gue bisa ngeliat mereka secara keseluruhan dalam 1 ruangan. Gue ga fokus sama pertanyaan di lembar soal. "Peduli apa gue? Kerjain aja, ga usah terlalu serius", pikir gue ketika itu.



Udah cukup bersedih-sedih sama tulisan yang gue buat di atas. Sekarang, ayo kita liat tampang temen-temen 4PA01 (termasuk gue), di foto yang udah gue lampirkan di atas. :))
Dimulai dari pojok kiri atas ke kanan, ya.
1) Mutia Farida, cewe keturunan Aceh. Yang seringkali diutangin ketika jualan pulsa. 
2) Lailatul Faizah, salah satu perempuan di kelas yang sudah menikah, kelakuannya absurd.
3) Yessica Hera, temen sekelas sekaligus tetangga. Sesekali galauin mantannya.
4) Ria Widi, biasa dipanggil tante, walaupun dia ga pernah sama sekali berhubungan sama Om gue.
5) Rizky Septiani, entahlah.. Dia punya obsesi terpendam mirip Adelle, kayanya,
6) Herlida Wongso, gadis cantik, pendengar cerita baik. Kalem, mungkin lagi nahan mencret.
7) Imron Mufklihin, entahlah, gak jelas. Tapi, gue ga percaya, di foto dia bisa sekurus itu.
8) Yurika, cewe macho. Cowo-cowo di kelas kalah macho sama dia. Dia cewe cool.
9) Pungkas Anugrah, cewe berkerudung, sukanya nyengir, tinggal di Tangerang, temen nyombongnya Usber.
10) Annisa Ayu, pendiem, menurut Usber, kemungkinan besar dia adalah Sun Go Kong.
11) Walid Khairimas, pemilik tendangan gledek ketika main futsal. Gue pernah kalah sprint sama dia.
12) Fairuz, salah satu temen yang udah jadi Ibu di kelas, dan suka ngomongin soal ASI sama Ibu-Ibu lainnya.
13) Feiliane Hoariska, pejalan kaki tercepat di kelas.
14) Lia Kalista, temen ngobrolnya Fairuz yang berkenaan sama ASI.
15) Faniardhini, katanya, sih, JOROK (Jomblo dari Orok). Ketika semester 8, dia telat jatuh cinta).
16) Dewi, lucu, imut, mungil. Eh, bulan puasa ga boleh bohong, ya?
17) Kartika, pendiem, sekaligus ceria. Temen mainnya Echa, Nadia, Pungkas, Stefany.
18) Putri Uswatul, tampangnya jutek, sama kaya gue. Kalau Mutia lagi ga ada saldo pulsa, kita bisa hubungin orang ini.
19) Julita Widya, partner Lia, Fairuz, ketika ngomongin soal ASI. Ya, begitu..
20) Alia Rizki Fauziah, BOTIL julukannya, a.k.a Bocah Centil.
21) Ade Irma, pemilik IPK 4,00 ketika semester 1. Fantastis.
22) Danu Pranata, percaya atau ngga, di motornya dia semacem ada silsilah keluarga, banyak banget nama-nama orang tertentu di situ.
23) Aji Purnomo, sahabat gue dari semester 1, kita punya chemistry yang cukup kuat, tapi, stop. Kalau diterusin, malah jadi kaya homoan.
24) Yuliana Hutasoit, gadis keturunan Batak yang cinta dan bangga akan budaya Batak.
25) Pangestika Dhea, Tinggi banget ni orang. Cantik, kaya, dan sombong, sekaligus baik.
26) Triwulandari, ih, dulu dia alay, deh. Dulu sering galau, sekarang? Bahagia sama pacarnya. Eh, bener ga, ya?
27) Seto Wicaksono, salah satu cita-citanya mau jadi wirausahawan, pemimpin yang baik bagi karyawannya.
28) Vini Nabila, dia mah gitu, katanya ga mau pacaran, tapi, kalau ada cowo ganteng yang deketin, jalanin aja dulu.
29) Daniel, sosok dewasa yang ada di kelas. Pemerhati.
30) Andita Guska, tinggi, cantik, berdomisili di Slipi.
31) Tuti Setiyawati, temen ledekannya Usber, mereka keliatan romantis kalau udah ledek-ledekan.
32) Resya BDW, entahlah, nama kontak BBM-nya begitu, masa depannya Imron.
33) Maizar Saputra, temen ngancut di kosan, temen gue yang gangguin Usber, sewaktu Usber tidur.
34) Usber Fransiscus Manurung, temen 1 kosan yang hobi mengigau, korban gue, ketika gue ingin mencoret sesuatu.
35) Rizki Rahmasari, rumahnya di Cimanggis, cyin.

Itu wajah-wajah temen gue (termasuk gue), di PA01-2009. Udah liat wajah-wajahnya, kan? Terus, gimana menurut kalian? Tentang kalian yang gue ketik di atas, no offense, ya :) Ada beberapa quotes buat kita semua,

"We make our own luck, we shape our future (destiny)" 
-Steven George Gerrard-

"Coming together is success, keeping together is a progress, working together is a success"
-Bill Shankly-
(kalau ga salah, maaf kalau salah)
"Believe in your self, not you who believes in me, not me, who believes in you, believe in you, who believes in yourself"
-Kamina-

Sunday 7 July 2013

28, 4, 7

Angka yang ada di judul tulisan gue, punya makna. Bukan cuma buat gue, juga buat seseorang. Nazliah Gusmuharti. Angka memang cuma sekedar simbol, buat sebagian orang. Tapi, ngga buat sebagian yang lainnya, Nazliah salah satunya. Buat dia, angka itu bukan cuma sekedar simbol, tapi, juga sebagai "penghubung". Entahlah. Nazliah bukan tipe orang yang rela gitu aja mengabaikan tanggal yang punya makna buat dia. Kaya tanggal yang gue ketik di judul. 28, 4, 7. 28 adalah tanggal dimana gue sama Nazliah pertama kali ketemu. Kita dipertemukan, dan gue amat sangat meyakini, itu bukan suatu kebetulan. 4, angka bermakna yang lainnya, karena di tanggal itu, pertama kali Nazliah peluk gue secara langsung, dan dia bilang, ketika pelukan sama gue, dia ngerasa nyaman. 7, angka/tanggal kita jadian.

Sejauh ini hubungan kita secara keseluruhan baik, Kita bisa handle beberapa masalah. Gue suka ketika kita berdua diskusi soal penyelesaian masalah yang baik, yang bikin kita sama-sama nyaman. Kita sama-sama belajar mendewasakan diri secara perlahan, bukannya sok dewasa. Gue punya motto hidup, "gue harus lebih baik dari hari ke hari". Motto itu gue "suntik" ke Nazliah, biar ada label yang bagus buat hubungan kita, karena kita cukup yakin, kita akan lebih baik ke depannya. Takabur? Bukan itu yang ingin gue sampaikan di tulisan ini. Layaknya manusia pada umumnya, kita berharap. Berharap yang lebih baik dari hari ke hari, buat kita, buat pribadi masing-masing. Bukan cuma sekedar berharap, tapi, juga yakin.


Foto diatas dibuat sama Nazliah, dikirim ke gue di tanggal 7 (dini hari tadi), tepatnya jam 00.15 WIB, gue inget, karena kita ngobrol semaleman.

Foto diatas (yang kita pake jersey Liverpool--duduk berdua), sempet diupload di facebook sama Nazliah, temen gue bilang, "fotonya bagus, kaya foto pra-wed.." Kita sama-sama seneng, dan (harus selalu) yakin sama hal yang baik buat kita. Selamat tanggal 7, Nazliah. "I Love U(s)".

PA01-2009, 3

Judul di tulisan ini udah cukup ambigu, belum? Engga, sih. Biasa aja, kan? PA01-2009, jelas itu ada hubungannya sama kelas gue selama kuliah di tingkat 2-4 (semester 3-8). Tapi, angka 3? Disini gue bakalan jabarin secara perlahan. Kita udah sama-sama dewasa, kan? Jadi, obrolannya akan gue bikin sedikit berat. Angka 3 itu berkaitan sama kelas gue di tingkat 1 (semester 1 dan 2), juga berkaitan sama lama waktu gue deketin Annisa Ayu Widyasari. Annisa siapa? Yang mana? Dia itu salah satu temen sekelas gue, dari tingkat 1-4 (semester 1-8). Dia cantik, gue tertarik. Dulu. Gue ulangi sekali lagi, dulu. Dan gue sempet berusaha deketin dia selama kurang lebih 3 tahun. Bisa kurang, tapi, ga lebih. Saksi perjalanan perjuangan gue adalah Aji (temen curhat gue, yang gue bilang, kita lebih mirip kaya homo, atau "biji", karena berdua terus. Mungkin ini yang dinamakan cinta yang dipendam antara 2 pejantan). Jadi, kalian udah tau, kan? Makna dari angka 3 yang ada di judul? Udah ga penasaran, kan? Penjelasan dari gue udah cukup berat, kan? Jelas, kita kan udah dewasa. Eit.. Tapi, sebentar. Ketika gue posting tulisan ini, semoga pacar gue ga marah, karena gue ga maksud buat bikin cemburu atau apapun itu. Ini buat keperluan "memori kelas" aja. Jangan marah, ya, Nazliah yang ntiq, mut, n mnawan.

Pertama kali gue liat si Icha (sapaan akrab Annisa Ayu Widyasari), waktu gue pertama kali masuk kuliah, semester 1, hari jumat, jam 13.30, mata kuliah pertama waktu itu Kewarganegaraan. Gue ngerasa asing banget di kelas 1PA03 ketika itu. Selain masih (mahasiswa) baru, gue belum punya kenalan/temen sama sekali, berasa aneh sendiri gue, ketika liat yang lain bergerombol, kumpul satu sama lain, sedangkan gue masih aja sendiri. Akhirnya dosen masuk. Gue liat seisi kelas. Liatin cewe-cewenya maksudnya. Setelah bermenit-menit mata gue centil, akhirnya pandangan gue "jatuh" ke si Icha. Pertama kali kesan yang muncul tentang si Icha ini, dia cantik, manis, gaul, keren. Berbanding terbalik sama gue. Waktu itu gue pikir, "siapa peduli? Siapa gue? Siapa elo? Siapa satpam Gundar? Siapa presiden Cina?" Ya.. Jalanin aja dulu. Tanpa rencana yang pasti. Sebagai pria yang gentle, akhirnya gue putuskan untuk memendam rasa, ga perlu ada orang yang tau, selain Aji (temen curhat gue pastinya). Dan akhirnya temen satu kelas tau.

Rasa itu gue pendam sampe semester 2, setelah itu, gue berniat melupakan Icha. Biar kaya di film-film gitu, kan keren. Sebenernya bukannya mau melupakan, sih, lebih ke gak kesampean aja gitu. Iyelah, mendem terus. Mau deketin juga ragu, gue gerogi duluan kalau deket dia. Sekalinya berani bersuara, ya malah pantat gue. Pantat gue ga asik, dia ga bisa diajak kerja sama. Waktu itu gue sempet musuhan sama pantat gue selama 1 menit, abis itu kita baikan lagi. Setelah semester 2 selesai, ada acak kelas, dimana mahasiswa akan masuk ke kelas yang baru, sesuai dengan IPK yang didapet. Gue berharap ga sekelas sama Icha, sebagai lelaki yang tangguh, gue cuma ga mau ketauan ngarep aja. Akhirnya gue sama Icha sekelas. Lagi-lagi, gue backstreet dalam menyukai dia. Gue tanpa pergerakan. Di semester 3, gue memberanikan diri buat "nembak" dia. Menyatakan perasaan gue gitu. Sebagai lelaki yang punya hoki cukup tinggi, akhirnya gue ditolak. Gue cuma bisa diem ketika itu. mau sok-sokan pingsan, tapi, takut ga ada yang angkut juga.. Yaudahlah.

Akhirnya gue jalanin semester 3-6 dengan memendam rasa sama Icha, sebagai cowo yang gentle, gue cuma bisa diem, yag lain ga usah tau tentang permsalahan gue ini. Maksudnya, ga usah tau dari gue langsung, dari yang lain aja, sambil cari tau gitu. KEPO. Ketika itu, gue berjuang biar ga minum autan, baygon, dan pasta ketika itu. Untuk pasta, karena emang mahal aja, sih, uang jajan gue ga cukup beli begituan. Selepas semester 6, gue memutuskan untuk ga ngejar Icha lagi. Gue nyerah. Aku tak sanggup dan tak bisa bangkit lagi. Stop. Kalau dilanjut, gue geli sendiri. Pada akhirnya, gue mulai biasa aja sama Icha, kita temenan, dan tetep ga pacaran.

Sekian cerita singkat dari gue, buat temen-temen PA01 yang mau tau aja. Buat yang belum jelas tentang permasalahan ini, hubungin gue via twitter: @setowicaksono. Itu.

Friday 5 July 2013

PA01 (2009), Beragam Canda, Tertawa Bersama

Ketika gue mulai ngetik tulisan ini, gue lagi di kosan, sendirian. Usber lagi ga ke kosan malem ini, karena keponakannya dia yang ga bisa nahan kangen sama Tulang-nya. Usber sayang banget sama keponakannya itu. Waktu di hape gue menunjukkan pukul 10.32 pm. Gue belum tidur, karena belum ngantuk. Sebelumnya, gue emang udah janji sama Usber, buat bikin tulisan ini, pelengkap memori buat 4PA01 (yang di tulisan sebelumnya udah gue jelasin, PA adalah kode untuk jurusan Psikologi di kampus gue). Maaf kalau tulisan ini sedikit membingungkan buat pembaca yang belum kenal gue, karena tulisan ini sengaja dibuat khusus buat temen-temen di PA01/2009, atau temen-temen seangkatan non-01 :)
Hampir 3 taun gue ada di kelas PA01, dan akhirnya sebentar lagi kita ga belajar di 1 kelas yang sama lagi, karena kita udah semester akhir, yang artinya, kita udah disibukkan sama pengerjaan skripsi, kegiatan belajar di kelas pun selesai, rampung, beres. Sedih? Pasti. Gue pasti akan rindu sama suasana belajar di kelas yang selalu rame, ngocol, gaduh, tapi, kita tetep mengerti apa yang disampaikan sama dosen. Sebenernya ga ngerti-ngerti amat, tapi, paling ngga, kita tanda tangan di daftar kehadiran aja.

Gue yakin, motivasi kita tiap dateng ke kelas itu berbeda antara yang satu sama lain. Gue? Sebagai mahasiswa 01, jelas, tujuan dateng ke kelas ya buat ketemu temen-temen, isengin temen, ngobrol, becanda di kelas ketika belajar. Lain halnya sama Usber. Dia duduk di depan, dan ketika belajar, dia serius. Serius cengin temen yang duduk di belakang dia. Lanjut ke Aji, sahabat gue dari tingkat 1. Kita 1 visi ketika belajar. Duduk di tengah, sebelahan, akhirnya ya ngobrol atau gue curhat sama dia. Kita emang lebih mirip homo, karena kemana-mana seringkali berdua. Lanjut ke Bejong (nama samarannya Maizar Saputra). Kenapa gue bilang gitu? Karena dia lebih di kenal dengan sapaan Bejong. Dia temen sekelompok gue sewaktu Ospek. Freak. Awalnya doang kalem, setelah kenal deket, dia ga ada bagus-bagusnya sama sekali. Di kelas? Jelas, temen ketawa bareng. Di kosan? Temen ngancut bareng, dan usilin si Usber yang lagi ngantuk. Selanjutnya ada Danu, Imron, Walid. Ciri khas Imron kalau lagi presentasi, "nah, ini penting, nih". Dia selalu bilang itu di tiap slide. Danu di kelas itu diem-diem observasi, mimpi, onani. Haha (peace, it was a joke, Dans). Kalau Walid, diem-diem hanyut. Hanyut dalam mimpi. Daniel orang yang cukup dewasa. Kalem. Cool. Atau mungkin emang lagi nahan mules aja. Selebihnya ada tim cerita. Kenapa gue bilang gitu? Karena mereka sukanya cerita ketika belajar. Personilnya ada: Ade Irma, Kiki Septiani, Kiki Rahmasari, Andita, Yurika, Dewi, Laila, Lia, Fairuz, Ocho (aduh yang ga kesebut maaf banget, bukan maksud menyisihkan atau melupakan, tapi, emang lupa). Tim bawel selanjutnya ada: Vini, Fani, Alia si centil dan pecicilan, Moe, Wulan, Annisa, Riwias, Jule, Juli, Tuti, Putri, Oyes, Pangestika. Oh, men, rame banget mereka kalau udah ngegosip. Repot, cyin. Tim kompak yang lainnya, ada Stefani, Pungkas, Tika, Nadia, Resya. Mereka kompak kalau kemana-mana. Seru. Sekali lagi, yang ga kesebut sama gue maaf banget, ya. Ga ada maksud apapun, emang guenya aja yang lupa.. Jangan tersinggung, ya :)

Dari yang udah gue sebutin diatas, harus kita akui, 01 memang kebagi jadi beberapa kelompok main bareng. Sesuai kenyamanan. Bukan berarti kita ga peduli satu sama lain. Ini cuma soal temen main aja, kok. Ga main bareng bukan berarti memendam benci. Sama kaya Indonesia yang punya beberapa suku, tapi, tetap bersatu.

Gue inget waktu kita gabung dan ketemu di 01. Hari selasa, tanggalnya gue lupa. Mata kuliah Psikologi Klinis, dosennya Bu Trida. Beliau sekaligus jadi wali kelas kita ketika itu. Semester 3, Imron ditunjuk jadi ketua kelas, sampe akhirnya dia turun jabatan karena fotokopian materi yang seringkali telat disampein ke temen-temen satu kelas. Semester berikutnya, Aji jadi ketua kelas. Gue jadi ketua 2. Kita bersama membangun 01 (ini sih emang lebay aja gitu, biar keren). Aji sama gue saling isi, maksudnya, saling isi nyebarin info ter-update dari dosen, buat disampein ke temen-temen satu kelas. (ga) keren, kan?

Apapun cita-cita kalian, apapun profesi kalian nanti, apapun pekerjaan kalian nanti, ga perlu malu untuk dishare. Gue mau kita tetep saling bantu, kalau temen-temen lagi butuh bantuan. Selama kita mampu dan bisa, kenapa ngga? Apapun kekurangan kelas kita, mau ga mau, kita udah saling mengisi selama hampir 3 tahun. Ini bagian dari kenangan, buat dikenang, bukan dilupakan. Kalau ada diantara kalian yang kangen, sila dishare, ga perlu sungkan. Kita saling bantu buat (paling ngga) ketemu. Cheers!

Tiga Tahun = Enam Semester

Memang udah takdir, gue kuliah di jurusan Psikologi. Takdir yang gue usahakan tentunya, karena gue yang pilih jurusan itu, setelah lulus SMA. Gue jatuh cinta sama Psikologi, dalam arti, pengen belajar soal ilmu itu, sebelum gue tau, apa yang dipelajari ketika gue kuliah di jurusan tersebut. Akhirnya, gue 2009 gue resmi jadi salah satu mahasiswa Psikologi. Gue ga akan ceritain gimana perjalanannya, karena nantinya akan panjang banget, mengingat sekarang udah 2013. Gue ga akan sok-sokan bikin tebak-tebakan buat yang baca tulisan ini dengan kalimat, "gue semester berapa hayo?" Gue mahasiswa tingkat akhir yang lagi nyusun skripsi, begitu juga dengan temen-temen seangkatan gue yang lain. Kita lagi berjuang untuk lulus, walaupun ga semudah yang kita bayangin.

Dari dulu, gue yakin, kita semua hampir dicekokin sama kalimat, "masa SMA itu masa paling indah", itu memang bener, sampai akhirnya gue lulus. Ketika gue masuk kuliah, dan sekarang udah sekitar 4 tahun gue jadi mahasiswa, kalimat itu ga ada apa-apanya. Buat gue (setelah gue menjalani perkuliahan selama kurang lebih 4 tahun), masa kuliah itu masa yang paling menyenangkan. Banyak faktornya. Sekarang gue mau jabarin beberapa diantaranya, pertama, kenapa buat gue kuliah itu menyenangkan dibanding masa SMA, karena gue kuliah di jurusan yang gue suka, tanpa paksaan, tanpa tekanan dari pihak manapun, termasuk orang tua gue. Kedua, karena alasan tadi, gue kuliah jadi berasa main. Kenapa? Tentu kalian semua udah tau, kuliah itu ga pake seragam, pake baju bebas, situasinya juga ga selalu dan ga mesti formal kaya waktu SMA. Alasan ketiga, di tingkat kedua (semester 3) atau ketika kenaikan tingkat dari tingkat 1 ke tingkat 2, di kampus gue, ada perombakan kelas, dimana kita akan akan sekelas sama temen-temen yang beda kelas (masih 1 jurusan pastinya), berdasarkan IPK. Bayangin, berdasarkan IPK! Bukan berarti gue merendahkan kelas lain, ya.. Katanya, kelas 01 adalah kelas dimana mahasiswanya punya IPK yang tinggi. Ternyata bener. Setelah denger kabar itu, gue ga mau masuk 01, karena gue pikir, anak yang masuk kelas itu, pasti kalau belajar serius, malesin, karena gue tipe orang yang kalau belajar ga bisa serius. Dan ternyata gue masuk 01. Takdir. Ga berenti sampai disitu, ternyata anggapan gue salah tentang anak-anak yang masuk kelas 01. Mereka sama kaya gue, kalau belajar ya sambil becanda juga, orang-orangnya ya singit juga.

Udah tiga tahun (enam semester) gue ada di kelas PA01 (PA itu kode di kampus gue untuk jurusan Psikologi). Banyak kenangan, pastinya. Agak bingung mau jelasinnya, karena kita udah saling mengisi sejauh ini. Ini sekedar testimoni singkat aja dari gue, menyenangkan ada di kelas 01, yang tadinya, gue pikir ini kelas yang bisa bikin gue stress dengan metode belajar dari tiap temen-temen. Ternyata ga gitu. Gue nyaman ada di kelas ini, ga selalu menyenangkan memang, masalah pasti ada, cuma, gue ga mau mikirin dari sisi itu aja, posisi ketika ada masalah. Gue akan kangen sama kelas ini, sedih kalau inget kita akan disibukkan sama pengerjaan skripsi. Tapi, gue ga akan diem aja, apalagi nyerah cari cara buat bisa kumpul bareng sama kalian semua, walaupun  ga se-intens dulu ketika kita masih belajar bareng. Siapin diri kalian, juga waktu kalian buat kumpul bareng. Selalu ada cara dan celah ketika kita dihadapkan pada suatu masalah. Menurut gue kangen sama temen-temen 01 adalah salah satu masalah yang harus kita selesaikan bareng-bareng, dan gue harus nemuin penyelesaian masalahnya, dengan bantuan kalian pastinya.

Kita coba realistis, bukan berarti pesimis. Beberapa dari kita pasti ada yang wisuda lebih dulu, ada juga yang menyusul setelahnya. Untuk yang belum bisa wisuda dengan segera, atau ada kendala dengan pengerjaan skripsinya, jangan malu untuk minta bantuan, atau sekedar share, ngobrol bareng, sekalian ketemu kalau memang kangen. Gue ga percaya ketika seseorang pake alasan sibuk. Itu bisa bikin lawan bicara "males", menurut gue. Coba diganti dengan kalimat lain, misal, "gimana kalau kita ketemu hari...... Soalnya minggu ini gue udah ada janji/ada kegiatan (/atau apapun itu)". Intinya, sih, sama, tapi, diganti dengan kalimat yang lebih enak diterima. Sesibuk-sibuknya kalian, masa, sih, ga ada waktu buat ketemu, kumpul, ngobrol? :) Pasti ada, cuma, harus ditentukan waktunya. Luangkan waktu buat sekedar ngobrol, kalau memang lagi ada masalah atau butuh diskusi, ya, temen-temen 01 :D untuk yang punya kendala apapun dalam pengerjaan skripsi (termasuk gue), peraturan buat kita, "boleh ngeluh, dilarang nyerah, tetep yakin (dalam hal positif tentunya)". Gue yakin, kalian pasti punya strategi tersendiri buat ngerjain skripsi, yakin dan jalanin strategi kalian, ya. ITU.

Catatan Seorang Perekrut #17 Recruiter yang Insecure dengan Perjalanan Karirnya

Jumat, 14 Juli 2017. Hari yang nggak akan pernah saya lupakan dalam perjalanan karir yang, usianya masih seumur jagung ini. Hari di mana akh...