Thursday 3 January 2019

Sadar (Kekurangan dan Kemampuan) Diri

Awalnya gue mau bikin judul tulisan ini "Berdamai dengan Diri Sendiri", tapi ternyata udah banyak banget artikel yang bahas mengenai judul itu. Bahkan sudah ada buku dengan judul yang sama, setelah gue cari tahu di internet, diantaranya ada karya Muthia Sayekti dan Juni Soekendar, mungkin ada yang lain lagi. Jadi, gue putuskan untuk menggunakan judul Sadar Diri.

Ga ada yang spesial dari tulisan ini, tujuannya tetap untuk berdamai dengan diri sendiri, karena menurut gue, salah dua caranya adalah sadri diri dan menertawakan diri sendiri. Entah dari kesalahan yang pernah dibuat, yang pernah dilalui dalam hidup, menerima kekurangan diri, atau bahkan santai dan malah ketawa ketika kita dicela, dicemooh (bahasa anak sekarang mungkin dijulid-in, dicengin, diledek).

Dimulai dari menerima kekurangan diri. Gue sadar betul, diri gue ini gak sempurna dan belum baik, tapi dari situ justru gue jadi mengenali siapa diri gue dari sisi kekurangan yang dimiliki. Gue itu orang yang lama dalam mengambil keputusan -kebanyakan mikir-, sesekali ragu-ragu, cepet panik. Itu tiga kelemahan terbesar yang harus gue sorot dan perbaiki. Di sisi lain, tentu gue punya kelebihan. Sebab kekurangan itu, gue jadi lebih hati-hati dalam mengambil keputusan, bahkan karena terbiasa dengan kekurangan yang gue miliki, kadang gue jadi orang yang "bodo amat" dan "selengean". Gue termasuk orang yang optimis, bisa memotivasi diri sendiri (khususnya ketika lagi down) dan selalu belajar bikin target dalam hidup. Pantang nyerah, lebih ke ulet, sih. Sesekali gue menyerah, tapi tetep gue akan bangkit lagi. Kalau lagi nyerah, biasanya gue diem dulu atau merenung untuk ngumpulin energi positif. Diemnya ini bisa dengerin lagu, nonton film yang bikin gue semangat lagi -entah anime atau lainnya-.

Menertawakan diri sendiri ketika sedang menghadapi suatu masalah itu menyenangkan, diomongin orang di belakang, atau diledekin. Jujur aja, sampai dengan SMA, bisa dibilang gue orang yang sensian (bisa dibilang baper mungkin? Ya, gue mengakui hal ini). Ketika kuliah, gue ketemu orang-orang yang sukanya bercanda, dari yang biasa sampai yang parah, ngata-ngatain, gue jadi terbiasa sama hal itu. Teman bercanda sekaligus sahabat gue di kampus diantaranya ada Usber dan Bejoong (Maizar). Mereka ini kalau bercanda emang suka serius, ngatainnya juga serius, dari mulai, "udah jelek suombong lu, To", "lu kalau udah jelek sadar diri, dong", "lu serius mau deketin dia? Kok lu ga sadar diri?". Itu beberapa diantaranya yang gue inget. Mereka ini lucu, apalagi ketika ngatain gue dengan nada kesal. Dari situ gue belajar dan akhirnya rasa sensian gue terkikis, lalu memudar ketika ketemu Nazliah, istri gue. Dulu waktu awal pacaran, karena sensian gue ini masih dalam tahap memudar, kadang gue masih suka baper, ngambek (lah, jadi cowo baperan). Ya, itu kan dulu. Udah jadi bahan candaan gue dan istri kalau bahas soal gue yang dulu itu sensian, baperan. Kami suka ketawa bareng kalau ingat masa itu.

Sekarang, gue lebih nyaman menertawakan diri sendiri. Satu tahun terakhir, keluarga gue (khususnya orang tua) menghadapi masalah yang cukup pelik. Sebagian harta mereka dikuras, terkuras. Nominal kerugian bisa dikatakan besar, tapi, gue ga mau bahas itu di tulisan ini. Orang tua gue marah, kesal, mungkin gejala stres, tentu. Wajar menurut gue. Sempat dalam beberapa kurun waktu, yang dibahas persoalan itu aja, gue jadi kebawa suasana negatif. Gue coba menghibur mereka sebisanya, mengajak mereka ketawa karena kehilangan materi ini. Perlahan, mereka mulai menerima (kerugian/kehilangan ini tetap diproses, karena ga hilang gitu aja, ada faktor lain).

Saat ini, buat gue gak pengaruh sama sekali ketika gue dibilang bego, bodoh, tolol sekalipun, dulu gue sempat marah kalau dibilang kayak gitu. Lebih ke santai aja, bahkan respon gue lebih ke "apaan, sih -___-". Termasuk dibilang "fck u" dan kata kotor lainnya. Bahkan gue pernah dibilang sama temen gue waktu kecil, "hey, Seto! Setan Tolol! Hahahaha", mereka ketawa, lalu pikir gue, "apa yang lucu anjir, garing -gak lucu- juga ini orang". Gue ngerasa udah ga relate sama kehidupan aktual saat ini. Bahkan gue sempet nanya ke Nazliah, "kira-kira, kalau secara personal aku 'diserang', aku akan marah kalau ketemu situasi/dalam hal apa, ya?", Ini bukan pertanyaan nantangin, lebih ke jadi bahan renungan buat gue, biar gue bisa mempersiapkan diri gue dengan baik secara personal, mental, juga emosional. Tujuannya biar bisa mengontrol diri karena gue sadar diri, cukup sadar akan kekurangan dan kemampuan diri sendiri dan harus terus diperbaiki.

2 comments:

  1. Iron Spinning Chrome Double Edge Stainless Steel
    Iron Spinning Chrome Double Edge Stainless Steel Double Edge Stainless Steel Double Edge galaxy watch 3 titanium Stainless titanium mens rings Steel titanium necklace mens Double Edge titanium 3d printing Stainless Steel Double titanium engagement rings Edge Double Edge $35.99 · ‎In stock

    ReplyDelete

Catatan Seorang Perekrut #17 Recruiter yang Insecure dengan Perjalanan Karirnya

Jumat, 14 Juli 2017. Hari yang nggak akan pernah saya lupakan dalam perjalanan karir yang, usianya masih seumur jagung ini. Hari di mana akh...