Friday 4 January 2019

Motivasi Kerja Para Calon Pekerja

Saat ini gue bekerja di salah satu perusahaan swasta yang menjadi vendor call center, lebih tepatnya perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyedia contact center. Posisi gue saat ini adalah rekrutmen. Ada beberapa kejadian yang entah unik, sedih, atau lucu, khususnya bagaimana para kandidat menjawab pertanyaan yang gue ajukan. Kebanyakan salah ucap atau ada jawaban yang di luar dugaan.

Oke, dimulai dari yang sedih dulu. Motivasi kerja para kandidat tentu berbeda, paling berkesan dan gue inget sampai sekarang adalah ketika ada kandidat yang bilang motivasi kerjanya adalah orang tua yang bekerja sebagai petani di kampung, lanjutnya, dia ga mau menyia-nyiakan perjuangan orang tua yang sudah membiayai sampai dengan kuliah, singkatnya, dia mau bikin bangga orang tua. Alasan sederhana dan biasa sebetulnya, tapi gue tersentuh, karena relate sama orang tua gue, nenek gue (Simbok) tepatnya. Almarhumah dulu bekerja sebagai tukang kebun di ladang sendiri, menjual hasil kebun berupa beras atau kayu untuk membiayai Bapak gue sewaktu kecil sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Ya, walaupun ga kuliah, tapi perjuangan Mbok gue luar biasa hingga Bapak gue bisa seperti sekarang.

Untuk hal yang lucu, lebih kepada ketika kandidat salah ucap. Pernah gue menanyakan, kemampuan apa yang mereka miliki, mereka jawab MIKROSKOP EXCEL. Oke, MIKROSKOP. Gue lanjut, biasanya rumusan apa yang mereka sering gunakan atau kuasai, dijawabnya, sum, max, min, AVENGER. AVENGER, guys. Gue baru tahu kalau AVENGER adalah salah satu rumus, bukan super hero. Selama proses wawancara dengan kandidat ini, gue nahan ketawa. Kandidatnya enak lempeng-lempeng aja jawabnya.

Masih berkaitan soal motivasi kerja, selama tahun 2018, ini motivasi kerja palin epic, satu-satunya, dan yang bikin gue terkesan. Ga ada duanya. Motivasi kandidat bekerja adalah BIAR TETANGGANYA GA NGOMONGIN DIA. Pas gue tanya kenapa, ternyata tetangganya dia ini suka ngomongin dia selama dia belum bekerja, ditambah kandidat ini sarjana, jadilah bahan omong tetangga. "Masa udah sarjana di rumah aja dan belum kerja, sih?", Begitu kurang lebih apa yang dibilang tetangganya, menurut si kandidat. Ini tetangga tipikal julid maksimal, ngebantu cariin kerjaan engga, support engga, malah julid. Tidak membantu wahai tetangga!.

Terakhir, tapi bukan yang paling akhir, ada satu kandidat yang bikin gue canggung dan bingung, bagaimana cara menutup wawancara yang baik ketika ngobrol sama kandidat satu ini. Biasanya gue menutup sesi wawancara dengan kalimat, "terima kasih sudah datang dan mengikuti interview dengan baik, (nama kandidat)". Nah, nama kandidatnya ini CINTA. Ya, ga ada nama belakangnya, cuma CINTA. Kebayang, ga, gimana kikuknya gue menutup sesi wawancara dengan gaya gue seperti biasanya?

"Terima kasih sudah datang dan mengikuti interview dengan baik, cinta".

Dan akhirnya gue melakukan hal itu, kandidatnya malah tersipu malu, seakan dia lupa, itu nama dia.

No comments:

Post a Comment

Catatan Seorang Perekrut #17 Recruiter yang Insecure dengan Perjalanan Karirnya

Jumat, 14 Juli 2017. Hari yang nggak akan pernah saya lupakan dalam perjalanan karir yang, usianya masih seumur jagung ini. Hari di mana akh...