Thursday 3 January 2019

Alasan Memilih Psikologi

Di tahun 2012, gue pernah bikin tulisan, kenapa gue pilih jurusan Psikologi untuk proses belajar lebih lanjut di perguruan tinggi. Pada tulisan itu, alasan kenapa gue pilih Psikologi memang belum spesifik, masih umum aja gitu. Di tulisan kali ini, gue akan cerita lebih rinci alasan gue minat belajar Psikologi.

Alasan gue yg paling utama adalah minat. Sederhana banget, kan? Karena menurut gue pribadi, proses belajar yang baik adalah diawali dengan minat, kalau sudah minat, proses belajarnya pun akan lebih menyenangkan. Bawaanya senang aja gitu, capek iya, pusing sama tugas iya, tapi menyenangkan. Capeknya aktivitas selama kuliah pun terasa menyenangkan kalau didasari dengan minat. Mau berangkat pagi, pulang malem, tetep akan menyenangkan dan terasa seperti jalan-jalan. Ketika gue kuliah, bahkan gue ga kenal capek, mama gue pun sampai mengingatkan gue untuk tetap istirahat yang cukup.

Ketika memang minat menjadi alasan, lo ga akan ragu untuk menentukan target pencapaian selama kuliah, baik dari prestasi akademik atau pun hal lain. Gue misalnya, di Gunadarma itu tiap fakultas punya laboratorium masing-masing dan pasti ada asisten lab, untuk bisa jadi asisten lab, minimal sudah menjadi mahasisws semester 6. Gue dari semester 1, langsung punya target di semester 6 harus jadi asisten lab. Pasti menyenangkan, pikir gue. Hal ini juga hue ceritakan ke Mama, gue minta support dan doa dari beliau, sampai akhirnya gue diterima jadi asisten lab, lalu setelahnya Mama bilang, "karena Mama tau Seto pengen banget jadi asisten lab, jadi Mama bantu lewat doa, ternyata Seto bisa juga jadi asisten lab". Terharu gue, bisa dapetin apa yang dimau berkat doa orang tua yg dibarengi usaha.

Untuk target lain, gue sudah memasang target, bahwa tiap semester IPK gue harus naik, ada peningkatan. Betul aja, tiap semester IPK gue naik, di semester 1 IPK gue cuma 3.12, dalam prosesnya, selalu naik sampai akhirnya IPK gue 3.49, target kedua tercapai. Lalu dilanjutkan dengan target kelulusan, gue punya target lulus 4.5 tahun dan ternyata jadi nyata. Target dikabulkan oleh semesta. Jujur aja, selama SMA, kalau ulangan kadang gue menyontek. Yaa, bandelnya anak SMA, hehe. Selama kuliah, dari awal-akhir, ketika, kuis, ujian semester dan semacamnya, gue ga pernah mencontek. Semuanya gue kerjakan sendiri (kecuali tugas kelompok, itu lain, dong). Kenapa gue ga mau mencontek? Bukan belagu atau sok tau, tapi gue merasa bertanggung jawab sama apa yang gue minati, biar bisa mengukur kemampuan diri.

Sebagai tambahan, jika kita kuliah di jurusan yang memang betul sudah diminati, secara otomatis kita akan membentuk semesta yang positif, entah dari pembawaan diri, pertemanan, bahkan pencapaian. Ini gue alami sendiri. Dalam keadaan terdesak sekalipun, gue masih bisa, bahkan bisa dibilang optimis jika memang hal itu berkaitan sama perkuliahan. Gue menemukan sahabat yang bisa gue percaya sebagai teman sharing, beberapa diantaranya meneruskan S2, bahkan ada yang S3, ada juga yang menjadi dosen. Gue? Masih S1, hehe. Paling sesekali baca atau mencari jurnal penelitian terupdate. Gue bangga sama mereka, mereka bisa fokus dan terus belajar mendalami Psikologi.
Di tulisan gue sebelumnya yang berjudul "kenapa memilih dan masuk jurusan Psikologi", di kolom komentar ada yang bertanya (dan belum sempat gue jawab, mohon maaf sebelumnya, jadi sekalian gue jawab di sini aja, ya), inti pertanyaannya, "kalau udah lulus dari Psikologi, kerjanya apa? Apa ada pekerjaan yang menjamin kita sukses?". Hmm, begini, Psikologi itu cakupannya luas banget di dunia kerja, lo bisa kerja di bidang mana pun, kembali lagi, sesuai minat, atau cari lowongan/posisi yang memang untuk semua jurusan (sekadar informasi aja, pengalaman kerja gue yang pertama itu di perbankan). Kalau mau bekerja sesuai dengan jurusan (Psikologi), lo bisa kerja sebagai HRD, rekrutmen, head hunter, atau yang sejenis. Semua bidang pekerjaan punya peluang bikin kita sukses, masalahnya, kita mau ga menjalani proses menuju kesuksesan? Karena menurut gue pribadi, sukses itu pilihan dan diliat dari sudut pandang apa? (Gaji yang didapat? Jabatan ketika bekerja? Bisa hidup mandiri tanpa minta uang orang tua? Dan lain sebagainya) Mau atau engga. Kalau mau ya jalani prosesnya, kalau engga, ya itu kan pilihan(mu?).

Sampai dengan saat ini, gue belum menemukan alasan lain kenapa gue memilih dan belajar Psikologi, selain minat yang cukup besar. Ketika belajar Psikologi juga, gue menemukan pasangan hidup gue, dia senior gue di kampus. Cukup banyak kenangan yang bisa gue ingat selama kuliah. Banyak orang yang bilang, masa-masa paling indah itu ketika SMA, buat gue, masa-masa paling indah itu ya ketika kuliah dan belajar di bidang yang memang menjadi minat gue, Psikologi. Itu alasan gue.

Catatan tambahan:
Ketika lulus SMA, sebetulnya gue sudah diterima di IPB lewat jalur PMDK (tanpa tes, melalui nilai raport kalau ga salah), dalam prosesnya, gue pernah berdebat sama Bapak, karena gue ga mau masuk IPB (padahal gue sudah diterima, tinggal urus administrasi aja), sedangkan Bapak mau liat anaknya kuliah di IPB. Akhirnya gue jujur ke Bapak, gue minat banget kuliah di Psikologi dan menjelaskan, nantinya yang menjalani itu gue, bukan Bapak, dan khawatir ketika kuliah di jurusan yang ga gue minati sama sekali, hasilnya malah ga bagus karena males-malesan. Ketika gue kuliah pun, Bapak sempat ga peduli sama nilai gue yang terus naik, sampai akhirnya gue jadi asisten lab dan lulus dengan gelar cumlaude bersama dengan beberapa sahabat yang lain di kampus, salah satu lulusan terbaik, lah. Akhirnya Bapak bangga dengan pencapaian gue itu.

No comments:

Post a Comment

Catatan Seorang Perekrut #17 Recruiter yang Insecure dengan Perjalanan Karirnya

Jumat, 14 Juli 2017. Hari yang nggak akan pernah saya lupakan dalam perjalanan karir yang, usianya masih seumur jagung ini. Hari di mana akh...